Ramadan bukan sekadar bulan menahan lapar dan dahaga. Lebih dari itu, Ramadan adalah madrasah jiwa, tempat umat Muslim melatih kesabaran, pengendalian diri, dan empati.Â
Di balik ibadah puasa, terdapat hikmah mendalam yang berdampak positif pada kesehatan mental.
Puasa dan Ketenangan Batin
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: 28)
Ayat ini menegaskan bahwa ketenangan hati dapat diraih dengan mengingat Allah SWT. Ramadan menjadi momentum tepat untuk memperbanyak zikir, doa, dan tadarus Al-Qur'an.Â
Aktivitas spiritual ini terbukti secara ilmiah dapat menurunkan kadar stres dan kecemasan.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Religion and Health menunjukkan bahwa praktik keagamaan, seperti puasa dan salat, dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis.Â
Hal ini disebabkan oleh pelepasan endorfin, hormon yang menimbulkan perasaan bahagia dan rileks, saat beribadah.
Empati dan Solidaritas Sosial
Ramadan juga menumbuhkan rasa empati dan solidaritas sosial. Saat merasakan lapar dan dahaga, kita lebih memahami penderitaan orang lain yang kurang beruntung. Hal ini mendorong kita untuk berbagi dan berbuat kebaikan.
Rasulullah SAW bersabda: