Gemericik air yang jatuh dari bebatuan menambah rasa rindu yang kian menggunung. Angin yang berembus melewati dedaunan dari satu pohon ke pohon yang lain seolah-olah sedang menyampaikan rasa cintamu padaku. Aku masih menantikan kehadiran kamu di sini.
"Alea, aku pasti akan kembali padamu. Aku berjanji demi rembulan yang selalu menampakkan sinarnya, cintaku akan selalu bersinar untukmu. Selamanya," ucapmu.
"Benarkah? Kapan kamu akan kembali? Berapa purnama lagi aku harus menantimu, di sini?" Nanar netraku yang memerah menatapmu. Kamu akan pergi meninggalkan aku. Aku akan sendiri lagi.
"Tunggu aku di tiga purnama. Aku janji akan melamarmu. Mengikat janji suci itu di sini. Di tempatmu." Kamu meyakinkanku.
Aku memang egois telah merampasmu dari mereka, seakan-akan aku telah menemukan dengan tepat untuk tambatan hati dalam perjalanan cintaku yang akan menjadi terakhir kalinya. Pertama kali aku melihatmu di antara para wisatawan asing yang datang ke sini. Kamu yang paling bersinar. Kali pertama aku beradu pandang dengan netramu, seakan kamu begitu takjub melihat ke arahku lalu menyimpan sosokku di sana. Kamu bergeming dalam hitungan waktu yang cukup lama melihat kemegahan tempatku tinggal.
"Aku percaya padamu, Leon. Namun, apa kamu yakin dengan keputusanmu itu? Kamu akan menemaniku selamanya di sini? Meninggalkan keluargamu?" Aku bertanya lirih. Sebenarnya ada keraguan yang menggelayuti hatiku akan lamaranmu itu.
Kamu menarik napas berat dan mengedarkan pandangan sekali lagi. Lalu menatapku penuh kasih karena raut wajahmu mengisyaratkan itu. Tiga hari yang seharusnya kamu habiskan bersama teman-teman petualanganmu di Hutan Waipoua ini, justru kamu habiskan bersamaku.
Kamu berjanji akan hidup denganku selamanya, kamu bilang sudah jatuh hati padaku. Namun, kamu meminta waktu setelah kebersamaan kita. Setidaknya kamu ingin berpamitan pada ayah dan ibumu. Karena, kamu akan memilihku ... ya ... memilih hidup bersamaku di hutan ini, di pohon ini, yang sudah ribuan tahun lamanya kutinggali.
Pohon Kauri, dengan dedaunan kecil nan rimbun tetapi menjulang setinggi lima puluh meter, akan menjadi tempat kita beradu kasih untuk selamanya, nanti. Kamu pasti akan datang padaku dengan wujudmu yang baru, serupaku.
***
Hari yang dinanti pun datang. Setelah berpisah darimu selama tiga purnama kini rindu itu akan terbayar. Kamu akan menakdi