Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Teror Tumbuhan Pembunuh di Pulau Timor

24 Oktober 2016   15:31 Diperbarui: 20 Desember 2016   11:44 2347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon kabesak nampak menghijau, tetapi sayang hewan ternak enggan memakannya. Salah satu contoh tumbuhan invasif yang banyak tumbuh di pulau timor (dok.pri).

Senjata biologi yang selama ini dibayangan adalah serangan dengan menggunakan virus atau bakteri yang patogen. Sejata pemusnah masal ini lebih identik dengan mikoorganisme atau mahluk tak kasat mata lalu disebarkan. Tanpa disadari, senjata biologi tidak selalu berkiblat pada virus atau bakteri, tetapi bisa dengan tumbuhan. Bukan tumbuhan beracun dalam hal ini, tetapi tumbuhan yang ada disekitar kita bisa menjadi senjata pemusnah masal. Saat di Pulau Timor saya melihat banyak tumbuhan yang adaptif di lahan yang kering, tandus tetapi masih tetap hijau dan subur. Bagaimana jika tumbuhan ini di tanah yang subur?

Suatu saat teman saya mendapat tugas kunjungan ke negeri kanguru. Paspornya menunjukan alamat dengan provinsi Nusa Tenggara Timor. Sesaat sebelum benar-benar legal menginjakan benua Australi, dia mendapatkan serentetan pertanyaan salah satunya "kapan terakhir kali ke kebun yang bersemak belukar" akunya. Rupanya Australi memiliki ketakutan akan serangan mahluk biologis dari Tropis dan salah satunya Indonesia, mengapa demikian.

Disela-selan lahan yang tandus masih saja tumbuhan yang tetap menghijau. Sebuah lansekap di pulau Timor (dok.pri).
Disela-selan lahan yang tandus masih saja tumbuhan yang tetap menghijau. Sebuah lansekap di pulau Timor (dok.pri).
Tidak asing bagi kita dengan yang namanya alang-alang (Imperata cylindrica) yang menjadi musuh bagi banyak petani. Tidak asing juga dengan keresahan Taman Nasional Baluran dengan akasia dari mesir (Acacia nilotica), begitu juga dengan pulau Timor dengan kabesak (Acacia leucophloea) atau minjangan (Chromolaena odorata). Semua tumbuhan di atas menjadi momok yang menakutkan. Ketakutan bukan dari pohonnya, tetapi dari sifat yakni invasif.

Bak 2 sisi mata uang, ada yang nampak hijau dan kering (dok.pri)
Bak 2 sisi mata uang, ada yang nampak hijau dan kering (dok.pri)
Karakter tumbuhan yang invasif inilah yang membuat para petani dan peternak ketakutan luar biasa. Sifat invasif ini juga didukung kemampuannya untuk mencekik dan membunuh tumbuhan lain melalui mekanisme alelopati. Alelopati diartika kemampuan organisme memroduksi dan mengeluarkan suatu senyawa alelokimia ke lingkungan. Senyawa alelokimia akan memengaruhi perkembangan dan pertumbuhan organisme lain di sekitarnya. Alelopati dapat dengan mudah dijumpai pada alang-alang. Seperti terlihat, saat semua lahan tertutup ilalang bisa dipastikan tidak ada tumbuhan yang hidup ditengah-tengahnya.

Australi atau negara-negara yang mengandalkan lahan sebagai area pertanian atau peternakan sangat was-was dengan 2 sifat tumbuhan ini. Mungkin jika tumbuhan tersebut secara ekonomis akan memberikan keuntangan, tetapi ternyata nilai ekonomisnya sangat kecil dibanding dampak buruk yang dihasilkan.

Taman Nasional Baluran, terancam dengan tumbuhan akasia atau kabesak. Dahulu tumbuhan ini didatangkan untuk memagari dari kebakaran hutan. Kabesak sangat tahan dengan kebakaran, namun secara ekologi tumbuhan ini cepat sekali perkembang biakannya dan sifatnya yang invasif. Binatang liar sepertinya enggan memakan dedaunannya, mungkin di Afrika hanya jerapah yang memakannya.

Lahan yang tandus, masih saja ada yang tumbuh (dok.pri).
Lahan yang tandus, masih saja ada yang tumbuh (dok.pri).
Di kawasan pulau Timor juga banyak dijumpai tumbuhan kabesak ini. Di tanah yang tandus, kering, berdebu tumbuhan ini masih nampak kokoh berdiri dan menghijau. Tak ada yang meyentuh tumbuhan ini, selain berduri juga tidak memiliki nilai ekonomis. Tumbuhan ini tumbuh liar dan biasnya banyak ditemukan dilahan-lahan yang tidak terurus. Berbicara ilalang, hampir sepanjang pulau Timor penuh juga dengan gulma pertanian ini.

Mungkin dengan hanya satu atau dua biji tumbuhan invasif yang menempel di pakaian bisa menjadi awal malapetaka disuatu daerah yang baru. Sebut saja Rawa Pening yang saat ini penuh dengan gulma eceng gondok (Eichornia crassipes). Flora ini awalnya tanaman hias di kolam, tetapi begitu lepas ke perairan bebas pertumbuhannya bisa tidak bisa dikendalikan seperti saat ini. Ancaman ekologi pertanian inilah yang mengkawatirkan negara dengan pertanian dan peternakan, mereka takut lahannya diserobot tumbuhan invasif.

Pohon kabesak hampir memenuhi lahan yang tidak di urus di timor (dok.pri).
Pohon kabesak hampir memenuhi lahan yang tidak di urus di timor (dok.pri).
Mungkin bagi kita yang tinggal jauh dari tempat-tempat tersebut di atas dan hanya bisa menikmati lewat foto atau video akan merasa takjub. Mata fotografer yang membidikan lensanya, tentu saja akan mengambil sudut pandang yang menarik tanpa melihat permasalahan ekologisnya. Inilah mengapa beberapa negara takut tamu asing yakni gulma. Gulma bak senjata biologis yang mampu menguasai lahan-lahan kosong dan subur, yang sebenarnya banyak dihalaman rumah kita tetapi menjadi momok bagi beberapa negara.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun