Alex, kalau tidak salah ingat nama seorang bocah yang cekatan. Dalam waktu singkat bisa memanjat pohon kelapa setinggi 15-an meter lalu turun ganti di pohon lontar dengan tinggai tidak jauh berbeda.Â
Bagi saya yang awam, dia sedang bertaruh nyawa dengan ketinggian. Kekawatiran saya sirna manakala dia membawakan saya kelapa muda dan buah lontar. Segarnnya buah tropis ini sembari menyusuri pantai Oetune di Nusa Tenggara Timur.
Oetune,salah satu pantai dengan pasir cokelatnya. Perpaduan pasir pantai yang berasal dari cangkang hewan karang dengan pasir dari sungai. Siang itu saya mencoba mengais-ngais keindahan dan semilir angin laut.
Dari sekian banyak pantai yang dibuka untuk wisata, Oetune salah satu yang menarik meskipun masih di bawah bayang-bayang Kolbano dengan batu kacanya. Untuk menuju Oetune, sangat susah terlebih menggunakan peta digital.
Meskipun jauh dari kota, pantai disini menyediakan kuliner khasnya yakni buah lontar. Jika di Jawa dikenal dengan Siwalan, di tempat ini lontar menjadi pemuas dahaga dan lapar. Anak-anak kecil yang menjajakan, namun yang menarik lagi ternyata mereka sendiri yang memetiknya.
Gambar Anak Timor
Sempat muncul perasaan tidak tega, anak sekecil itu memanjat pohon kelapa dan lontar. Inilah potret anak Timor. Mereka mengenal kerasnya alam sejak  masih dalam kandungan melalui tradisi neno boha. Selama 40 hari mereka ditempa di dalam um kbubu. Mereka kuat karena bisa menaklukan hambatan alam.
Sangat sederhana, sebab saya berharap ada kata, "Beli paket data". Kembali saya menyusuri pantai yang sepi dan nyaris tidak ada pengunjung. Jejak kaki hanya ada 2 yakni kanan dan kiri, manakala saya menengok ke belakang.Â
Gundukan pasir laut yang tinggi menjadi penanda ombak pernah menghantam tempat ini dan meninggalkan pasirnya. Jejak lukisan angin begitu jelas. Namun sayang, saya sendirian di tempat yang eksotis ini.