"Mas ini fosil tulang apa?" tanya seorang mahasiswa. "oh itu gigi rusa" saya menjawab sekenanya saja. Saya teringat 2 tahun yang lalu saat saya menemukan fosil yang mirip dan bertanya pada penduduk sekitar dan dijawab "gigi rusa".Â
Saya yang bukan berlatar belakang paleoantropologi tidak berani lebih jauh membahas itu. Yang mengusik pikiran saya, mengapa orang lokal paham akan repihan-repihan fosil? Itulah tanda tanya saat beberapa waktu yang lalu mengujungi situs manusia purba di Sangiran-Jawa Tengah.
Balung Buto
Berbicara tentang pengetahuan lokal masyarakat Sangiran, terutama tentang kemampuan mereka mengindetifikasi fosil. Masyarakat Sangiran, memahami fosil adalah sebagai balung buto atau tulang raksasa. Di sebut balung buto, karena ukurannya yang tidak lazim dengan ukuran tulang manusia atau binatang peliharaan.Â
Sekilas saya membaca tulisan Bambang Soelistyanto yang tesisnya berjudul "Balung Buto: Studi Tentang Pemaknaan Benda Cagar Budaya Sangiran" dan tulisan Retno Handini yang berjudul "Balung Buto dalam persepsi masyarakat Sangiran, antara mitos dan fakta". Kedua penulis begitu dalam menjelaskan tentang balung buto, menurut sudut pandang masyarakat.
Jauh sebelum Eugene Dubois (1883) dan Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald (1934) datang ke Sangiran, penduduk setempat sudah mengenal balung buto. Mereka sadar, jika balung buto itu adalah tulang yang membatu dan telah berumur ribuan hingga jutaan tahun semenjang para ahli sejarah itu datang.Â
Persepsi mereka yang dahulu fosil adalah tulang raksasa yang susah digambarkan, tetapi para ahli sejarah mampu menerjemahkan secara visual. Yang menarik, konsep balung buta tidak semata-mata itu adalah fosil tulang, tetapi ada pemaknaan lain yang mengarah pada spiritual.
Khasiat dan Mitos Balung Buto
Orang Indonesia, ada yang masih menganggap sebuah benda memiliki kekuatan. Sederhana saja, ada yang percaya batu kerikil mampu menahan orang untuk buang air besar sementara waktu, batu milik ponari yang mampu mengobati penyakit, begitu juga dengan balung buto. Dahulu masyarakat Sangiran percaya balung buto memiliki kekuatan, bahkan saat ini juga ada yang memercayai.
Balung-balung buto juga dipercayai mampu menolak bala (menghadang bencana), baik sifatnya kecelakaan atau gangguan roh-roh jahat. Balung buto dijadikan jimat atau simpanan yang sewaktu-waktu bisa digunakan untuk beragam keperluan.