Mohon tunggu...
D. Dharmayuman
D. Dharmayuman Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Selanjutnya

Tutup

Bola

Perjalanan Anak-anak Indonesia Youth Education Soccer Menjadi Juara di Football Cup Barcelona

28 Oktober 2015   04:55 Diperbarui: 29 Oktober 2015   01:04 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salam Kompasianer !!

Tepuk tangan dan sambutan riuh rendah mewarnai kedatangan anak-anak muda berbakat dari Indonesia Youth Education Soccer (Indonesia Yes) di tanah air. Mereka tiba di Bandara Soekarno Hatta pukul 21.55 hari selasa tanggal 27 Oktober 2015 setelah melakukan perjalanan yang cukup panjang. Tapi tak tampak kelelahan di raut wajah mereka. Keletihan pejuang olah raga itu sirna dengan sambutan meriah dari para orang tua yang menanti kedatangan mereka.

Berita kesuksesan mereka sudah banyak beredar di Indonesia sejak Minggu malam di berita-berita online. Penulis merasa bersalah karena sudah ditagih janji oleh beberapa kompasioner lain untuk memberikan laporan pandangan mata selama Indonesia YES berada di sana, dan saya akan coba menulis perjalanan anak-anak bertalenta tersebut selama berada di Spanyol dari sisi lain.

Berbekal restu dari Kemenpora dan sponsor, penulis memberanikan diri memberangkatkan 23 anak hasil seleksi dari seluruh Indonesia itu ke Spanyol walau dengan persiapan minim dan mendadak. Pertama tama penulis dan rekan Ahmad Hadi mengumpulkan nama-nama yang sebagian besar sudah ikut setahun yang lalu di Kejuaraan Borneo Cup Kinabalu Malaysia U-14 dan berhasil meraih juara kedua. Langkah kedua yaitu mempelajari dengan detail peraturan yang diberikan pihak penyelenggara yang dapat diakses melalui website mereka.

Hal menarik yaitu untuk kompetisi dan festival sepakbola di Eropa, mereka mengijinkan maksimal 4 anak yang berusia satu tahun di atasnya untuk membuat permainan lebih menarik dan memberi motivasi pada yang berusia di bawahnya. Hal yang tidak berlaku di Indonesia dan menyebabkan banyaknya pemalsuan data dan pencurian umur di kalangan sepakbola usia dini. Maka, tanpa ragu, kamipun memanggil 3 anak timnas U-16 asuhan Fakhri Husaini yang sekarang bergabung di klub Jember United U-15 yaitu Rishad Baihaqi (defender), Kevin Sahael (sayap kanan) dan Drey Buyung (striker) untuk memberi motivasi kepada adik-adik mereka.

Kami berangkat dari Jakarta ke Barcelona hari Jumat tengah malam setelah kamis sorenya dilepas oleh Kemenpora. Rombongan tiba di Barcelona tepatnya di Cambrils Park Resort di daerah Salou pada jumat petang. Waktu sudah menunjukkan jam 7 malam, tapi penampakan masih seperti siang hari. Di bawah suhu dingin 9 derajat Celsius, kami melakukan conditioning karena keesokan paginya kami sudah harus bertanding pertama melawan Vanves, wakil dari Perancis. Karena buta kekuatan lawan, kami berusaha mencari di internet dan menemukan bahwa anak-anak Perancis ini memiliki postur tubuh yang tingi dan besar serta mayoritas berkulit hitam.

Benar saja, ketika jumpa di bis, kekhawatiran saya terbukti. Mereka mempunyai postur yang lebih tinggi dari anak-anak Indonesia YES. Bahkan di website resmi Football Cup Barcelona, Vanves ditempatkan di urutan pertama yang berarti unggulan pertama. Sedangkan Indonesia di urutan terakhir dan tidak diperhitungkan.

Babak pertama berlangsung seimbang. Skil individu dan postur pemain Perancis menyulitkan pemain Indonesia. Namun satu gol dari Drey Buyung menyentak para pemain Vanves dan membuat anak-anak Indonesia bersemangat. Babak pertama berakhir dengan 1-0 untuk Indonesia. Pada waktu istirahat babak pertama, coach Yono Rusadi memberi motivasi, semangat dan strategi dan berbuah tambahan dua gol yang dilesakkan Kevin Sahael sehingga pertandingan berakhir dengan kemenangan 3-0 untuk Indonesia.

Berita kekalahan unggulan pertama itu cepat menyebar pada tim lain yaitu Inggris, Spanyol dan Norwegia. Permainan dan skil yang rata-rata sudah dimiliki oleh pemain Eropa tersebut seakan akan sirna ketika berhadapan dengan Indonesia. Maka kemenangan demi kemenangan terus diraih Indonesia YES.

Hal yang perlu diikuti oleh pemain negeri ini adalah jiwa sportif pemain dan pelatih di sana. Mereka juga memakai 4 anak usia lebih tua sesuai peraturan pertandingan. Mereka tetap berjabat tangan dan bergembira walaupun kalah. Tidak ada protes satupun kepada wasit dan panitia penyelenggara, tidak ada perselisihan dan perkelahian diantara pemain dan juga antara orang tua.

Semua hal itu ada di Indonesia, yaitu sedih dan dicaci ketika kalah, selalu protes menyalahkan wasit dan selalu ada keributan diantara suporter dan orang tua. Mungkin hal itu adalah salah satu yang menyebabkan sepakbola kita di usia senior tidak bisa berprestasi karena salahnya pembinaan di usia dini. Saran saya perbanyaklah anak-anak Indonesia untuk berkompetisi di Eropa untuk memupuk jiwa yang sportif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun