Mohon tunggu...
dharma simatupang
dharma simatupang Mohon Tunggu... Guru - Guru Fisika SMK N 2 Pematangsiantar

^^Anugrah Ilahi membuat ku membumi^^

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pemuda Terjebak di Antara Selebritas Media Sosial dan Tokoh Intelektual

28 Oktober 2021   09:10 Diperbarui: 28 Oktober 2021   09:18 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumpah pemuda/sumber: JIExpoGreetings

Populasi generasi muda  dalam piramida demografis  kependudukan di Indonesia menempati posisi paling bawah-yang berarti mayoritas. Mereka sedang belajar di sekolah atau universitas  yang sedang sibuk menumbuhkembangkan potensi dan menemukan jati diri. Mereka  sedang getol-getolnya mengadopsi dan meniru "figur idola ".

Generasi muda yang jumlahnya jutaan jiwa itu dapat kita umpamakan seperti koloni serangga yang beterbangan di malam hari mengejar sinar yang dipancarkan oleh figur-figur idola mereka. Seorang tokoh yang menyorotkan sinar popularitas dengan kuat pastilah mampu menarik generasi muda dan akhirnya menjadikannya  sebagai panutan / model hidup.

Tiga puluh tahun yang silam, agaknya cahaya yang dipancarkan oleh tokoh intelektual (pahlawan ), juga tokoh agama, masih begitu terang menyinari  generasi muda Indonesia. Bahkan dalam tidur pun, mereka bermimpi  menjadi tokok intelektual, seperti Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Tan Malaka, Buya Hamka, Haji Agus Salim. Di saat senggang mereka berdialog tentang tokoh-tokoh yang menginspirasi mereka. 

Melihat takzim dan hormatnya mereka kepada para tokoh idola, tentu saja mereka juga rajin mengumpulkan tulisan dari majalah yang memublikasikan para tokoh tersebut. Jika tidak mereka akan mencari buku biografi meskipun hanya meminjam dari perpustakaan. Jika mampu, mereka akan membelinya di toko.

Rata-rata generasi muda pada masa itu yang menjadikan tokoh intelektual sebagai panutan, tumbuh menjadi manusia yang berkualitas nan bernas. Tidak saja berkualitas dari sisi kognitif, tetapi juga sikap dan perilaku dan akhlak.

Awal tahun 1980-an adalah era mulai hadir dan menjamurnya televisi ke tengah masyarakat Indonesia.  Pada mulanya, televisi mempunyai visi dan misi suci, yaitu mencerdaskan bangsa Indonesia juga sebagai corong komunikasi dari pemerintah kepada rakyat.  Lambat laun, si kotak ajaib memiliki peran fungsi ganda, media pendidikan sekaligus hiburan. Seiring waktu, peran televisi sebagai media pendidikan kian tergerus. Porsi hiburan lebih mendominasi, namun acara hiburan tidak dalam jalur koridor kebudayaan Indonesia. Kehadiran televisi tidak memupuk budaya belajar. Anak-anak muda lebih suka menonton daripada membaca. 

Para pebisnis tahu betul kondisi ini, sehingga menjadikan televisi sebagai media massa yang andal untuk meraup laba yang sebanyak-banyaknya dari masyarakat. Agar program televisi komersial dan hiburan  makin laku dan mampu bersaing, maka televisi menghadirkan figur cantik, nyentrik dan menarik. Mereka lebih akrab disebut selebritas yang terdiri dari bintang film, bintang sinetron, penyanyi, presenter, bintang iklan dan lain-lain.  

Kehadiran selebritas sungguh memesona mata yang menatap mereka di layar kaca. Selebritas yang lihai  menjual pribadi yang dipoles imitasi , mampu membuat mereka kaya dalam sekejap mata, sehingga mereka menjadi inspirasi bagi kaum muda. Banyak remaja yang berpakaian, ber make up dan berbicara ala selebritas. 

Tak jauh halnya dengan perkembangan teknologi dengan mudahnya mengakses internet, dan  menjamurnya ponsel. Anak muda selalu berselancar dalam dunia maya. Semua aplikasi dirambahnya, Facebook, instagram, tik-tok dan sebagainya   semuanya menjadi keseharian anak muda. Semua itu mempermudah akses akan selebritas dari negara mana pun. 

Andai kata kita  pajangkan sederet nama mulai dari artis sinetron, olahragawan hingga tokoh pahlawan yang telah banyak berjasa bagi bangsa ini, artis dan olahragawanlah yang kerap kali diidolakan    oleh para generasi muda. Para pahlawan sekedar pelengkap idola saja. 

Sebetulnya tidak menjadi soal jika generasi muda menjadikan para artis dan olahragawan sebagai tokoh idola mereka. Asalkan, figur yang mereka idolakan memang baik luar dalam. Maksudnya, penampilan luarnya sama menawannya dengan penampilan dalamnya ( karakter mereka ).

Sekarang yang jadi pertanyaan adalah : masihkah ada kontak batin  antara anak muda kita dengan para pahlawan bangsa ini ? Sebagian besar dari mereka cuma sebatas mengenal nama dan asal para pahlawan. Itu pun karena nama-nama pahlawan  diabadikan menjadi nama-nama jalan.. Tetapi anak muda kemungkinan tidak pernah tahu kisah perjuangan mereka. 

Pokoknya, anak muda sangat minim pengetahuan tentang para pahlawan. Itu pun mereka peroleh dengan hafalan. Pelan-pelan semua yang dihafalkan itu kemudian akan dilupakan sebelum sempat dijiwai sehingga akhirnya putuslah kontak batin antara generasi muda  dengan para pahlawan. 

Inilah fenomena yang kini mewabah. Manakala pesona selebritas telah meredupkan popularitas dan pengaruh tokoh intelektual. Generasi muda tumbuh menjadi generasi yang dilingkungi kebingungan, yang tercabut dari akar budaya mereka sendiri. 

Inilah saatnya para tokoh intelektual  berusaha memopulerkan lagi reputasi mereka. Mereka -para toko intelektual juga tokoh agama- harus turun dari menara gading intelektual mereka menemani generasi muda dalam rangka berbagi ilmu pengetahuan.  Harapannya, mereka yang sedang mencari identitas diri memiliki panutan yang tepat demi menapaki hari depan yang kian berat. 

Selamat hari sumpah pemuda 2021..  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun