Mohon tunggu...
dharma simatupang
dharma simatupang Mohon Tunggu... Guru - Guru Fisika SMK N 2 Pematangsiantar

^^Anugrah Ilahi membuat ku membumi^^

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Perang terhadap Limbah Plastik

21 September 2021   14:05 Diperbarui: 21 September 2021   14:08 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari tempat bersandar, aku melayangkan pandang seiring laju kapal ini. Mencoba menghirup nafas alamnya. Mencari kesejukan yang mungkin tercipta. Mata menembus panorama indah yang  bisa menakjubkan hati. Hanya luasnya danau ini mengilhami Ilahi merendahkan jiwa ini. 

Desir angin menerpa menerjang kesunyian hati. Sepasang mata ini menangisi isi bumi ini. Air rawan kini, saat bukit- bukit telanjang berdiri. Seakan burung- burung enggan bernyanyi. Di sana sini sampah plastik  masih berkenan menemani.

Sampah plastik ini adalah fakta. Dalam hitungan metrik bertebaran sesukanya. Tak pernah benar pengelolaannya. 

Aku pernah membaca beberapa sungai di Indonesia   ( Brantas, Bengawan Solo, Serayu dan Progo ) termasuk 20 sungai terkotor di dunia. Ini semakin membuat ku maklum saja, saat bangsa ini menjadi mencetak rekor sebagai pengotor laut kedua di dunia dari sampah plastik. 

Plastik adalah bagian dari kehidupan sehari-hari orang Indonesia. Banyak warga menggunakan plastik sekali pakai. seperti kantung plastik, gelas, sedotan, botol dan alat sebagainya. Bagaimana cara menguranginya?

Memang pemerintah pernah mencoba. Mengurangi penggunaan plastik lewat programnya. Program plastik berbayar Rp 200 saja. Namun apa daya, alasan ketiadaan payung hukum untuk pelaksanaan di lapangan menghentikan programnya.  

Memang bangsa Indonesia pernah berkomitmen akan serius terhadap sampah. Pada konferensi Kelautan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Mengurangi 70 % sampah plastik pada tahun 2025. Namun bagaimana proses dan cara menerapkannya? Banyak kalangan meragukan  keefektifan pemerintah merealisasikannya. Kenapa? Sama seperti yang sudah-sudah Undang-Undang Tentang Pengelolaan Sampah  masih belum rinci menjelaskan "siapa melakukan apa" . 

Sampai sejauh ini pemerintah sepertinya enggan memimpin usaha penanganan sampah plastik.  Sejumlah LSM , individu, organisasi publik dan komersil terus berusaha mengurangi limbah plastik dimana-mana. Ada melalui pendidikan untuk anak sekolah. melakukan aksi untuk membersihkan danau dan pantai bahkan ada advokasi majemen limbah yang lebi baik lagi. 

Namun ternyata penanganan limbah plastik lebih dari kesadaran dan pendidikan saja. Untuk memenangi perang terhadap limbah plastik ini pemerintah harus memperkuat kerangka hukum juga. 

Perlu ada defenisi yang bisa dipahami secara nasional untuk membedakan jenis plastik. Perlu ada kejelasan tanggung jawab di setiap level pemerintahan. Perlu ada pembuatan norma-norma baru, standar, prosedur maupun kriteria.

Semoga bangsa ini bisa memenangi peperangan  terhadap limbah plastik ini..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun