Mohon tunggu...
Dela Harismaya
Dela Harismaya Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia biasa

Tidak perlu menjelaskan siapa aku. Karena melalui tulisanku kelak kau akan tau bagaimana aku

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Regenerasi Petani Sejak Dini, Pengajaran Cinta Tanaman berdasarkan Psikologi Perkembangan Anak

22 Mei 2019   00:02 Diperbarui: 22 Mei 2019   00:08 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Inovasi dan kemajuan teknologi telah berkembang pesat. Anak-anak pada era digital ini lebih suka menghabiskan waktunya dengan bermain gadget. Membuat anak-anak Indonesia enggan bercita-cita menjadi petani. Padahal Indonesia merupakan negara agraris; memiliki sumber kekayaan dan potensi pangan yang luar biasa. 

Sudah seharusnya petani di Indonesia sama pesatnya dengan perkembangan teknologi. Inovasi pertanian baiknya berdampingan dengan kemajuan teknologi. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia, jikalau tidak ada yang mampu dan minat menghasilkan pangan, lalu siapa lagi lagi yang akan dmeneruskan jasa petani? Selanjutnya Indonesia akan mengalami krisis pangan. Untuk mencegah hal-hal tersebut maka perlu adanya regenerasi petani yang dilakukan sejak dini.

Sebagian orang tua menganggap usia pada masa kanak-kanak merupakan usia yang mengundang masalah, anak menjadi susah di atur. Ketika anak memasuki masa kanak-kanak banyak pengalaman sulit yang dialami orang tua. Termasuk dalam mendidikan anak; membiasakan anak bercocok tanam. Sebenarnya pada saat anak memasuki usia kanak-kanak banyak hal yang dapat dilakukan anak sehingga anak banyak tingkah cenderung susah diatur. 

Sebenarnya sikap anak pada masa kanak-kanak adalah suatu perwujudan menjadi lebih aktif, kemampuan anak semakin kompleks meskipun belum sempurna. pada saat memasuki usia kanak-kanak, anak sudah mampu mengerjakan tugas-tugas perkembangan menurut Havighurst, salah satunya adalah 'dapat mengembangankan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari'. Sehingga dengan dorongan orang tua pada masa ini anak mulai memahami fungsi-fungsi kehidupan termasuk fungsi tanaman bagi dirinya sendiri. 

Anak mulai dapat diajarkan menanam dan pengetahuan keterkaitan dengan tanaman. Berikut adalah cara-cara yang dapat dilakukan orang tua untuk mendukung buah hati mencintai tanaman sejak dini :

1. Buatlah Anak Tidak Asing dengan Tanaman

    Agar generasi muda dapat menghasil pangan, latihlah sedini mungkin. Mulailah dengan hal yang paling sederhana. Di mulai dari lingkungan sekitar anak Contohnya : membiasakan kondisi rumah dihiasi tanaman hias. Orang tua membiasakan anak sejak kecil terbiasa melihat pemandangan yang hijau-hijau, membuat anak terbiasa hidup dengan tanaman. Cara ini dapat melatih kecintaan anak terhadap tanaman.

2. Menjadi Modeling bagi Anak

     Lingkungan terdekat anak adalah orang tua. Orang tua merupakan guru pertama bagi anak, terutama ibu. Sehingga peran ibu sangat berpengaruh terhadap pekembangan anak. Dalam rangka meyelesaikan tugas-tugas perkembangan psikomotorik anak, orang tua dapat mencontohkan kepada anak dengan aktivitas merawat tanaman. Suatu contoh : Ayah menanan tanaman jambu, ayah merawat bibit jambu dengan menyiramkan air dan memberikan pupuk, ibu menanam bunga melati, ibu menyiramkan air pada Bunga melati setiap pagi dan sore.

3. Edukasi Ringan

     Anak identik dengan label usia bergerak aktif, usia bertanya, ataupun kaingintahuan yang tinggi. Ada kalanya orang tua menceritakan kepada anak mengenai pentingnya tumbuh-tumbuhan bagi kehidupan manusia. Kebaikan tumbuhan yang diberikan kepada manusia, dampak buruk bila tidak ada tumbuhan, kerugian yang akan terjadi bila manusia tidak dapat menghasilkan pangan, dan lain sebagainya. Ibu dan ayah dapat menceritakan peran tanaman sesuai dengan daya tangkap anak. Orang tua dapat menceritakan peran tumbuhan kepada anak dari pokok pembahasan yang teringan dan nyata dapat dirasakan oleh anak.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun