Mohon tunggu...
Dhany Wahab
Dhany Wahab Mohon Tunggu... Penulis - Lembaga Kajian Komunikasi Sosial dan Demokrasi [LKKSD]

IG/threads @dhany_wahab Twitter @dhanywh FB @dhany wahab Tiktok @dhanywahab

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pandemi dan Tradisi Mudik

8 Mei 2021   14:30 Diperbarui: 8 Mei 2021   14:36 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebaran juga mendorong munculnya sikap luber, yaitu sikap filantropis, senang berbagi rezeki, mensyukuri anugerah Tuhan yang diterimanya selama ini. Karena itu, banyak keluarga muslim yang mengeluarkan zakat tahunan serta sedekah sehabis Ramadan, di luar zakat fitrah.

Tradisi mudik pulang kampung juga menjadi medium untuk mengekspresikan rasa syukur setelah puasa sebulan yang di dalamnya terkandung semangat lebur dan luber. Tradisi pulang mudik yang awalnya hanya populer di kalangan masyarakat Jawa sekarang juga menular ke luar Jawa.

Ketika Lebaran tiba, yang paling utama dari segi agama ialah mendirikan salat Idul Fitri di lapangan atau masjid agung. Namun, yang membuat heboh ialah acara pulang kampung alias mudik kumpul keluarga, dilanjutkan dengan silaturahim saling memaafkan dan menikmati hidangan Lebaran bersama tetangga dan sanak saudara.

Tekad yang sangat besar untuk mudik seolah tidak menghiraukan larangan pemerintah agar masyarakat tidak melakukan mobilitas massal di tengah pandemi yang masih mengancam keselamatan. Penyekatan yang dilakukan oleh petugas gabungan di sejumlah lokasi berimbas terjadinya kemacetan panjang di ruas tol Jakarta-Cikampek.

Ancaman wabah Covid-19 dan banyaknya korban meninggal dunia karena virus tersebut tidak membuat pemudik takut dan khawatir. Padahal aktivitas mudik diproyeksi dapat meningkatkan risiko penularan Covid-19 di lingkungan masyarakat sehingga menimbulkan kematian.

Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito mengatakan kelompok yang paling rentan mengalami fatalitas jika terinfeksi Covid-19 merupakan lansia. Data sementara, lansia mengontribusi 48,3 persen kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia. Masyarakat perlu memahami bahwa melakukan mudik di tengah pandemi Covid-19 saat ini tentunya akan sangat membahayakan, khususnya bagi kelompok lansia.

Dalam tradisi mudik, interaksi fisik seperti berjabat tangan akan berpotensi untuk menjadi titik awal penularan Covid-19. Oleh karena itu, pemerintah meminta kepada masyarakat untuk mengurungkan niatnya menjalankan kegiatan mudik guna melindungi diri dan keluarga di kampung halaman agar tidak tertular Covid-19.

Keputusan Pemerintah untuk melarang mudik sebagai upaya untuk melindungi keselamatan warga. Salus populi suprema lex esto (keselamatan rakyat merupakan hukum tertinggi). Namun, hasrat yang tinggi bagi pemudik untuk bertemu dengan sanak kerabat di hari raya seakan tak bisa dicegah. Sebab, baginya mudik telah menjelma sebagai perwujudan rasa cinta yang mampu mengalahkan segalanya.**

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun