Mohon tunggu...
Dhany Wahab
Dhany Wahab Mohon Tunggu... Penulis - Lembaga Kajian Komunikasi Sosial dan Demokrasi [LKKSD]

IG/threads @dhany_wahab Twitter @dhanywh FB @dhany wahab Tiktok @dhanywahab

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Merdeka Dikala Pandemi

17 Agustus 2020   17:30 Diperbarui: 18 Agustus 2020   17:55 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun ini memang terasa berbeda dibanding tahun sebelumnya. Pandemi Covid-19 yang mewabah sejak awal bulan Maret 2020 mengharuskan kita mesti memperingati kemerdekaan dalam suasana kesederhanaan penuh keprihatinan.

Semarak Agustusan yang biasanya diwarnai aneka perlombaan dan permainan, kini tak lagi terlihat. Pemerintah menghimbau masyarakat tidak perlu mengadakan kegiatan yang mengundang kerumunan dan keramaian. Seruan dimaksudkan untuk menghindari penyebaran virus corona yang masih mengkhawatirkan.

Data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan RI pada Minggu, 16 Agustus 2020 tercatat ada penambahan 2.081 kasus baru terkonfirmasi positif setelah memeriksa 25.414 spesimen. Sehingga total kasus positif telah mencapai 139.549 kasus. Jumlah korban meninggal dunia sebanyak 6.150 orang. Virus Covid-19 sudah merebak di seluruh provinsi dan menyebar ke 482 kabupaten/kota.

Pandemi Corona sedang menyelimuti penjuru nusantara di saat kita memperingati hari kemerdekaan yang ke-75. Perjuangan tim medis yang berada di garda terdepan melawan virus corona menelan korban yang tidak sedikit. Presiden Jokowi secara khusus memberikan penghargaan bintang jasa kepada 22 tenaga medis yang meninggal karena merawat pasien virus corona.

Penghargaan bintang jasa ini diberikan kepada perwakilan 22 tenaga medis yang meninggal tersebut, di Istana Negara, Jakarta, hari Kamis (13/8). Juru bicara Presiden menjelaskan pemberian penghargaan itu merupakan bentuk duka cita mendalam dan penghormatan tertinggi pemerintah terhadap seluruh tenaga medis yang menangani pandemi Covid-19.

Para tenaga medis yang gugur dalam tugas kemanusiaan merawat pasien corona mengingatkan kita kepada para pejuang bangsa yang rela bertaruh jiwa raga membebaskan negeri ini dari cengkeraman penjajah. Para pahlawan yang tercatat dalam sejarah maupun yang terlupa nama menjadi pengobar semangat kita untuk berlomba memberi kontribusi bagi perjalanan dan kemajuan bangsa.

Pandemi yang melanda dunia menyebabkan kehidupan umat manusia mengalami kepanikan dan menimbulkan risiko sosial, ekonomi, dan psikologis yang bisa hadir tanpa disadari. Indonesia terancam krisis ekonomi seperti yang terjadi di sejumlah negara karena pelambatan yang tak bisa dihindari. Negeri ini membutuhkan jiwa kepahlawanan dari seluruh anak bangsa untuk mencegah dampak yang lebih buruk akibat pandemi.

Pahlawan adalah orang yang menanggalkan ego pribadi untuk mengabdi, berkontribusi, memberi manfaat dan maslahat bagi umat dan bangsa. Pahlawan senantiasa rela berjuang dan berkorban jiwa raga, nyawa dan harta, dengan penuh ketulusan demi kemanusiaan dan kebangsaan. Karakter luhur dan mulia pahlawan itu harus menjadi nilai utama edukasi, termasuk pendidikan karakter bagi generasi muda bangsa.

Semangat kita berbangsa menuntut kesediaan diri untuk berjuang dan berkorban membela kepentingan yang lebih besar,  yakni memutus mata rantai penyebaran virus corona. Kedisiplinan kita mematuhi protokol kesehatan hendaknya dilakukan dengan penuh kepatuhan dan kesabaran. Tak pantas rasanya kita mengeluh karena rasa jenuh dan bosan ketika aktivitas kita seolah tak lagi leluasa dan merdeka.

Cara sederhana yang mesti kita pertahankan untuk melawan pandemi corona, yakni senantiasa menjaga jarak (physical distancing), memakai masker dan membiasakan mencuci tangan merupakan sarana untuk menangkal penyebaran Covid-19. Yakinlah, yang mudah dan sederhana itu akan menjadi kekuatan luar biasa jika dilakukan dengan kebersamaan dan kepedulian secara kolektif seluruh warga negara.

Kemerdekaan bangsa ini diraih karena semangat perjuangan dan persatuan yang tak terbantahkan dari berbagai penjuru negeri. Semangat gotong-royong yang menjadi modal utama perlawanan mengusir penjajah dicontohkan para pahlawanan bangsa dari Sabang sampai Merauke. Kerelaan untuk berkorban menjadi kekuatan untuk mengusir penjajah yang menguasai negeri ini selama ratusan tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun