Mohon tunggu...
Dhani Apriandi
Dhani Apriandi Mohon Tunggu... Notaris - Seorang Notaris

Bukan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seni Menghadapi Risiko Kehidupan

29 Juli 2021   13:37 Diperbarui: 1 Agustus 2021   15:14 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kemampuan berpikir jernih adalah salah satu fitur yang dibenamkan pada diri kita. Fitur ini adalah salah satu kunci untuk menyikapi berbagai risiko dengan baik dan benar. 

Berpikir jernih adalah cara berpikir dengan menggunakan akal sehat. Oleh karena itu, berpikir jernih adalah berpikir secara rasional. Dalam kutipannya, Aristoteles berkata, "Akal sehat adalah sesuatu yang memiliki kemampuan untuk menerima dirinya dengan apa adanya tanpa masalah."

Cara berpikir rasional mengedepankan hal-hal yang masuk di dalam akal. Dan, untuk sampai kepada hal-hal yang masuk akal, maka kita diharuskan untuk meniti jembatan logika.

Melogikakan sesuatu pada dasarnya merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar dalam rangka mencari atau memilah sesuatu berdasarkan aspek pengetahuan yang dimiliki.

Contoh sederhana dalam berlogika adalah ketika kita men-starter skutik, tetapi entah mengapa, ia enggan menyala. Dalam kondisi seperti ini, pikiran kita akan dituntun oleh logika untuk mencari dan menenukan sumber penyebab skutik enggan menyala.

Untuk menemukan penyebabnya, kita akan mulai berpikir (bernalar) dan melakukan beberapa tindakan (merespons) berdasarkan pengetahuan yang kita miliki di bidang per-skutik-an.

Tindakan pertama yang lazimnya kita dilakukan adalah memeriksa kondisi stop kontak skutik, apakah sudah menyala atau belum. Jika ternyata sudah dalam kondisi semestinya, tetapi skutik belum kunjung menyala juga, maka umumnya kita beralih untuk memeriksa penyangga skutik, apakah sudah dalam kondisi semestinya atau belum.

Setelah penyelidikan yang berlangsung cukup alot selesai, akhirnya kita dipertemukan dengan fakta bahwa penyangga kaki skutik masih berdiri dengan tegak sambil menyeringaikan giginya.

Contoh tadi adalah salah satu realitas hidup berupa masalah yang harus disikapi dengan logika. Jika dalam kasus itu kita gagal menalarinya karena adanya faktor yang sedang melanda internal diri kita, seperti kepanikan karena keterburu-buruan, misalnya.

Maka, besar kemungkinan akan membawa kita kepada risiko seperti harus rela didera kelelahan akibat mendorong skutik ke bengkel untuk diperbaiki. Ditambah lagi, kita harus merelakan sedikit uang dalam dompet melayang sebagai biaya perbaikannya. Ini mirip pepatah, "sudah jatuh tertimpa tangga!"

Aktivitas merasionalkan sesuatu merupakan keterampilan diri yang begitu penting. Untuk dapat mengaplikasikan keterampilan ini dengan baik, setidaknya ada 3 faktor penting yang harus diperhatikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun