Mohon tunggu...
Dhaifullah GymnasstiarFarras
Dhaifullah GymnasstiarFarras Mohon Tunggu... Politisi - MAHASISWA

Meminati filsafat, sejarah, politik dan senyumanmu yang indah IG @daveiullahgf

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengaruh Kesejahteraan Guru terhadap Kualitas Pendidikan Bangsa

14 Maret 2023   14:23 Diperbarui: 14 Maret 2023   23:21 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kualitas pendidikan di Indonesia selama tujuh dekade kemerdekaan masih berada di level rendah. Menurut data World Population Review pada tahun 2022, rata-rata IQ penduduk Indonesia yaitu 78,49. Hal itu membuat Indonesia berada di peringkat 130 dari 199 negara yang diuji. Skor IQ sangat berpengaruh pada kualitas pendidikan Indonesia. 

Angka tersebut sangat memprihatinkan mengingat pendidikan merupakan hal yang sangat berkorelasi dengan kualitas sumber daya manusia (SDM). 

Menurut Dr. Rika Ariyani, M. PdI., ada beberapa faktor penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, di antaranya; rendahnya kualitas sarana fisik, rendahnya kualitas guru, kurangnya kesejahteraan guru, kurangnya pemerataan pendidikan, dan mahalnya biaya pendidikan yang harus dikeluarkan.

Dari beberapa faktor yang telah disebutkan,  ada hal yang cukup krusial dan memprihatinkan yaitu rendahnya kualitas guru dan kurangnya kesejahteraan guru. 

Padahal, jika kita mengacu pada pembukaan UUD 1945 alinea keempat tentang tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, tentunya untuk mencapai tujuan tersebut peran guru sebagai pendidik profesional sangat penting. 

Seorang pendidik profesional  memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, mengarahkan dan mengevaluasi peserta didik dari tingkat dasar hingga menengah. Oleh karena itu, pekerjaan seorang guru merangkap seluruh waktu, tenaga, dan pikiran. 

Namun, pengabdian seorang guru sepertinya tidak setara dengan kesejahteraan guru yang masih rendah. Menurut data Kemendikbud, jumlah guru di Indonesia mencapai angka 2.906.239. 

Namun dari jumlah tersebut, 1.520.000 di antaranya merupakan Pegawai Negeri Sipil, 704 ribu di antaranya merupakan guru honorer, serta 500 ribu lainnya merupakan guru tidak tetap. Data tersebut memperlihatkan bahwa masih banyak guru honorer yang rentang pendapatannya di bawah UMR.

Sedangkan sudah jelas termuat dalam UU Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menyebutkan bahwa guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Namun, hal tersebut tidak terimplementasikan dengan baik. 

Dilansir dari kompas.com, gaji guru honorer di Gunung Kidul di bawah UMR, bahkan ada yang digaji 300 ribu per bulan. Dan juga cerita Desti Sukmawati (48) yang mengabdi 14 tahun di salah satu sekolah dasar di Bandung. 

Desti hanya digaji 1.115.000 per bulan. Permasalahan guru honorer di Indonesia tidak hanya dari nominal gaji yang mereka dapatkan, mereka kerap mengalami penundaan gaji seperti bagi Wilfridus Kado, seorang guru honorer asal Ende, Nusa Tenggara Timur, yang belum menerima gaji selama tujuh bulan (Nugraheny, 21). Tidak hanya terjadi pada bagi Wilfridus saja, penundaan penerima gaji guru honorer kerap terjadi pada guru-guru honorer lain di  Indonesia.

Lalu bagaimanakah korelasi antara kesejahteraan guru terhadap kualitas pendidikan? Tentu saja ketika penghargaan yang diberikan sebanding dengan kontribusi pekerja, maka akan menghasilkan motivasi yang tinggi atau semakin bersemangat dalam melakukan tugas profesional. 

Berdasarkan teori equitas (J. Adams, 1969), jika ditarik dalam konteks kesejahteraan  guru, energi dan waktu yang telah dikeluarkan oleh mereka tidak sepadan dengan penghargaan yang mereka dapatkan. 

Tingkat kesejahteraan yang rendah ini menyebabkan motivasi guru dalam mengajar tidak maksimal dan tentunya berdampak secara langsung terhadap kualitas pendidikan di Indonesia.

Melihat negara yang memiliki kualitas pendidikan sangat baik seperti Kanada, Finlandia dan Jepang, mereka sangat memperhatikan kesejahteraan tenaga pengajarnya. Misalnya Kanada, berdasarkan data OECD mengenai gaji guru pemula sekolah menengah atas, guru-guru digaji sekitar 590 juta per tahun. 

Findlandia yang dikenal sebagai negara dengan kualitas pendidikan terbaik di dunia berdasarkan data yang sama, gaji bagi guru sekolah menengah atas mencapai 600 juta per tahunnya. 

Terlepas dari faktor lain yang memengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia, kesejahteraan guru perlu diperhatikan secara serius. Oleh karena itu, peningkatan kesejahteraan guru perlu diperhatikan secara serius oleh pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun