Mohon tunggu...
Dhaifullah GymnasstiarFarras
Dhaifullah GymnasstiarFarras Mohon Tunggu... Politisi - MAHASISWA

Meminati filsafat, sejarah, politik dan senyumanmu yang indah IG @daveiullahgf

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Trauma, Kecewa, Mati Rasa, dan Esensinya

28 September 2022   22:35 Diperbarui: 28 September 2022   22:37 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Trauma dan mati rasa ini dua hal yang tidak jauh berbeda, berkorelasi meskipun hirarki nya tidak selalu pasti, tapi jika di tarik pada sebuah hubungan sebab akibat bisa menjadi pembahasan yang bisa dikaitkan.

Tentang trauma, semua orang bisa mengalami nya karena sebuah momen yang membekas di hati orang tersebut. Namun trauma dalam definisi itu lebih mendalam lagi, mari tarik trauma dalam konteks hubungan, maka kita juga akan bisa menemukan sebab dari mati rasa. Disini jika seseorang mencapai pada titik mati rasa maka dalam hirarkis nya orang tersebut sudah melangkahi trauma tersebut ataupun sebaliknya.

Nah disini mengulik tentang bagaimana manusia sendiri mengkonstruksi kan trauma dan mati rasa ini sebuah hal yang disaster dari sebuah hubungan. Kalo di tarik lagi bagaimana dua hal tersebut muncul ya karena pengharapan manusia itu sendiri, dua dua nya muncul karena rasa kecewa, mungkin kecewa merupa hulu dari daya ledak keduanya (trauma dan kecewa).

Tapi mari kita buat secara konvensional bahwa manusia adalah makhluk yang mengerti tentang hakikat alam, tentang alur dari ketentuan alam. Alam disini bagaimana bumi berputar baik dari takdir dan ulah dari manusianya sendiri. Nah jika manusia sudah mengerti tentang hal tersebut Saharusnya trauma dan mati rasa adalah hal yang according to the nature, yang membuat kacau adalah bagaimana manusia merespon nya sehingga terjadi konvensional dan mencullah kesepakatan tentang kecewa trauma dan mati rasa. Lalu 3 frasa tersebut digunakan untuk mendeskripsikan tentang emosi manusia terhadap suatu momen ataupun respon terhadap suatu momen. 

Trauma, mati rasa merupakan hasil dari ekspresi manusia dalam menangkap sebuah momen, namun ada sebuah filosofi yang bisa di terapkan, filosofi ini bukan lawan dari trauma dan mati rasa itu namun sebuah jalan penyembuhan dari trauma dan mati rasa.

Namanya filosofi kintsugi dari Jepang, sejarahnya dulu ada kaisar Jepang yang memiliki wadah keramik kesayangan, wadah tersebut terlukis seni yang indah. Pada satu waktu keramik itu pecah berkeping-keping, singkat cerita ada alternatif jalan dalam perbaikan keramik itu ditengah kecewa si kaisar karena keramik itu pecah berkeping-keping. Yaitu keramik itu di sulap oleh seorang ahli pahat dengan menyatukan kembali keping" keramik itu dengan retakan nya di beri ornamen emas yang indah. Dan tradisi kintsugi sudah menjadi culture dalam masyarakat Jepang.

Disini kintsugi konotasinya bisa di pecah dalam sisi" kehidupan mulai dari berdamai dengan kegagalan dan kehancuran hidup, tapi pembahasan nya mari kerucutkan dalam mati rasa dan trauma. Mari analogikan bahwa rasa yang muncul sebelum trauma dan mati rasa itu adalah wadah yang dimiliki si kaisar, rasa yang kita larut di dalamnya, rasa yang membuat hormon dopamine, serotonin dan sejenisnya kita meningkat. 

Nah kalau rasa itu pecah berkeping-keping sehingga muncullah trauma dan mati rasa, sebenernya tugas itu bukan untuk meniscayakan tentang kepecahan trauma dan mati rasa tersebut namun bagaimana reaksi kita dalam mengolah rasa tersebut sehingga menjadi sebuah seni yang lebih indah, seperti yang di lakukan seorang pemahat kepada wadah si kaisar.

Memang tidak gampang tapi analogi dan filosofi selalu membuat kita mengangguk.

Penjelasan general ataupun konkret itu tergantung bagaimana interpretasi si pembaca, jadi kesimpulan itu hak setiap orang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun