Mohon tunggu...
Dhafin Majaya
Dhafin Majaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - cahaya dunia

semangat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengendalikan Emosi

8 Desember 2021   10:11 Diperbarui: 8 Desember 2021   10:27 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama: Dhafin Majaya (211002501)

Mengendalikan Emosi 

Emosi dan perasaan akan bergejolak karena dua hal; suka cita yang besar dan bencana. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya aku melarang dua macam ucapan yang bodoh lagi tercela: keluhan tatkala mendapat nikmat dan umpatan tatkala mendapat musibah." Dan, Allah berfirman,

{(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dan kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.} (QS. Al-Hadid: 23)

Maka dari itulah, Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya kesabaran itu ada pada benturan yang pertama."

Siapa yang bisa mengendalikan emosinya dalam segala hal, baik itu kesedihan atau kebahagiaan, maka dialah yang benar-benar memiliki keyakinan yang kuat dan keyakinan yang teguh. Karena itu, ia akan memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan dengan berhasil mengatasi nafsu. Allah SWT. Tekankan bahwa manusia adalah makhluk yang suka bahagia dan bangga pada dirinya sendiri.

Namun, menurut Allah, ketika orang menderita, mudah untuk mengeluh, dan jika berbicara tentang kebaikan, manusia sangat pelit. Namun, tidak demikian halnya dengan orang-orang yang rendah hati dalam berdoa.

Itu karena merekalah yang bisa menjaga keseimbangan antara bergejolaknya gelombang kesedihan dan gelombang kegembiraan yang bergejolak. Mereka adalah tipe orang yang selalu bersyukur ketika mendapatkan kebahagiaan, dan selalu menunggu dengan sabar saat menghadapi kesulitan.

Emosi yang tidak terkendali hanya akan membuat Anda lelah, terluka, dan kesal. Sebab, misalnya, ketika dia marah, amarahnya akan meluap, yang sulit dikendalikan. Dan itu akan membuatnya gemetar seluruh, mudah untuk mengutuk siapa pun, seluruh orang melonjak, terengah-engah, dan melakukan apa pun yang dia inginkan. Adapun ketika dia mengalami kebahagiaan, dia terlalu menikmati, mudah melupakan dirinya sendiri dan tidak lagi mengingat siapa dirinya.

Manusia memang seperti ini, ketika mereka tidak menyukai seseorang, mereka cenderung menyalahkan dan mengkritik mereka. Akibatnya, semua kebaikan pada orang yang tidak disukainya seolah menghilang. Begitu juga ketika dia menyukai seseorang, dia akan terus mengagumi dan memuji orang tersebut seolah-olah dia tidak memiliki kekurangan. Dalam sebuah hadist dikakatan: "Cintailah orang yang engkau cintai sewajarnya, karena siapa tahu ia akan menjadi musuhmu di lain waktu, dan bencilah musuhmu itu sewajarnya, karena siapa tahu dia menjadi sahabatmu di lain waktu."

Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, "Ya Allah saya minta pada-Mu keadilan pada saat marah dan lapang dada." Dan, Allah berfirman,

{(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dan kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.} (QS. Al-Hadid: 23)

Maka dari itulah, Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya kesabaran itu ada pada benturan yang pertama."

Barangsiapa mampu menguasai emosinya, mengendalikan akalnya dan menimbang segalanya dengan benar, maka ia akan melihat kebenaran, akan tahu jalan yang lurus dan akan menemukan hakekat.

{Sesungguhnya, Kami telah mengutus rasul-rasul dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.} (QS. Al-Hadid: 25)

Islam mengajarkan keseimbangan norma, budi pekerti, dan perilaku sebagaimana ia mengajarkan manhaj yang lurus, syariat yang diridhai, dan agama yang suci.

{Dan, demikianlah (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan.} (QS. Al-Baqarah: 143)

Keadilan merupakan tuntutan yang ideal sebagaimana ia dibutuhkan dalam penerapan hukum. Itu terjadi, karena pada dasarnya Islam dibangun di atas pondasi kebenaran dan keadilan. Yakni, benar dalam memberitakan berita-berita Ilahi dan adil dalam menetapkan hukum, mengucapkan perkataan, melakukan tindakan dan berbudi pekerti. Dan,

{Telah sempurnalah kalimat Rabb-mu (al-Qur'an) sebagai kalimat yang benar dan adil.} (QS. Al-An'am: 115)

Referensi : Dr. 'Aidh al-Qarni, Jangan Bersedih, Qisthi Press, Jakarta, 2013

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun