Sore itu jalanan sangat lempang dari biasanya. Angkutan umum tidak seramai biasanya yang selalu memadati jalanan kota. Toko-toko juga banyak yang tutup akibat pandemi covid-19. Aktivitas masyarakat dibatasi karena virus corona ini. Belahan dunia dibungkam untuk tetap berada dirumah aja di tengah tengah virus yang mematikan itu.
Keadaan pandemi pada saat itu sangat membuat saya tidak leluasa. Jujur saya menjadi sulit produktif karena banyaknya aktivitas yang harus tertahan dan terpaksa di lakukan di rumah. Syukurnya hoby memasak saya masih bisa saya lakukan. Kabar buruknya saya sulit untuk kulineran ke pasar pasar strett food atau ke mall.
Tidak cukup sampai disitu, kegemaran saya terhadap buku-buku juga sempat terkendala karena toko buku favorit saya sempat tutup untuk sementara waktu. Tentunya saya kehabisan bahan bacaan saat dirumah. Daya imajinasi dan pengembangan kreativitas sempat tidak berjalan produktif. Nyaris wawasan yang biasanya saya dapatkan dari buku terhenti seketika. Tapi Syukurlah setelah berbulan-bulan akhirnya toko-toko perlahan-lahan mulai buka dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Adanya kebijakan baru ini tentu tidak saya sia-siakan. Ini untuk pertama kalinya setelah di tahan dirumah saja saya pergi ke toko buku favorit saya yaitu gramedia.Â
Hari ini shedule saya ingin mencari buku-buku baru yang menjadi referensi saya untuk menambah wawasan. Setelah itu saya berencana akan makan di toko ayam KFC yang tepat berhadap-hadapan dengan Gramedia jalan gajah mada, Medan.
Lorong-lorong rak buku saya susuri sambil sesekali berhenti sebentar untuk membaca sinopsis buku, yang kiranya covernya cukup menarik perhatian  saya. Saya mondar mandir mulai dari lorong rak buku self improvment, education, fiksi, hingga non fiksi saya susuri. Pikiran saya masih terdistraksi oleh satu buku di rak self improvment yang sempat saya baca sinopsisnya. Buku itu bersampul warna pink dengan judul "kamu berhak bahagia".
Buku tersebut masuk kedalam jajaran rak self improvment yang ditulis oleh seorang influence bernama Chatreen Moko. Buku itu menceritakan pengalaman dari beberapa orang yang tergabung dalam komunitas be home, dan di rangkum mnejadi satu buku. Buku tersebut menceritakan perjalanan kehidupan anak anak broken home. Sebelum cerita perjalanan anak -anak broken home tersebut di tulis dan dibuku kan, Chetreen Moko selaku penulis awalnya mendirikan komunitas be home ini  terlebih dahulu.
Menurut saya buku ini sangat menarik untuk dibaca. Dan saya tidak hanya sekedar meriview buku ini, tetapi saya ingin memberikan pandangan dan opini saya terhadap anak anak broken home dan perceraian seperti yang diceritakan pada buku tersebut. Masyarakat sering kali memberi label dan stigma yang kurang baik terhadap anak anak broken home.  Empati mereka sering tertutup dan tidak pernah melihat bagaimana the dark life yang dilalui oleh anak-anak dari orangtua yang bercerai. Oh ya, disini saya tidak bilang anak -anak korban perceraian yaa. Karena bagi saya anak anak dengan orangtua yang bercerai adalah anak-anak yang spesial di hati saya.Â
Saya seperti dibawa kemasa lalu ketika membaca buku yang  menyentuh ini. Karena di tengah keterpurukan dan kepedihan ternyata saya masih menjadi salah satu anak yang beruntung diantara anak-anak dengan orangtua bercerai. Yahh karena ada banyak nasib anak anak yang malang ketika orangtua bercerai. Jadi bagi saya ya anak dengan orangtua bercerai tentu adalah anak yang khusus di hati saya. Mengapa anak anak dengan orangtua bercerai begitu spesial di hati saya?
 Sekitar tahun 2007-2012 adalah peristiwa  maraknya pasangan selebritis tanah air yang terlihat harmonis tapi akhirnya  bercerai. Salah satunya selebritis tanah air yang memutuskan bercerai  pada waktu itu ada Krisdayanti dan Anang hermansyah, ada juga Ahmad dani dan Maia Estianty. Itu adalah tahun tahun krisis perceraian, dan saya pun menjadi salah satu anak dari orangtua yang bercerai. Pada tahun 2012 saya sempat menjadi satu-satunya anak dengan orangtua bercerai di kelas saya. Waktu itu saya masih berumur 14 tahun dan adik bungsu saya masih berusia 6 tahun. Apakah saya mengerti bahwa pada waktu itu orangtua saya sedang dalam masalah? yaa tentuu saya tau sekali.
Mau tau gak apa yang terlintas di hati anak-anak ketika mereka tau orangtuanya bercerai dan bahkan mau menikah lagi? rasaya kesel, sesek, jengkel,dongkol dan lain lain. Disini saya mau mencoba menguraikan bagaimana perasaan anak anak dengan orangtua yang bercerai dan kebetulan mau menikah lagi.