Mohon tunggu...
Dezan Yasoka
Dezan Yasoka Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

aku manusia yang sedang mencari ilmu untuk mencapai cita cita ..

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masalah Sosial di Tengah Pandemi Covid-19

1 Agustus 2021   00:55 Diperbarui: 1 Agustus 2021   01:29 4607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hingga saat ini pandemi Covid-19 belum juga menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Setiap harinya pasien korban virus Covid-19 semakin bertambah, meski jumlah pasien yang meninggal terus meningkat akan tetapi jumlah pasien yang sembuh juga terus mengalami peningkatan. Tingginya potensi penyebaran dan penularan virus Covid-19 ini, menimbulkan perasaan gelisah dan kepanikan dikalangan masyarakat. Hal ini dikarenakan virus Covid-19 ini berpotensi mengancam kelangsungan hidup masyarakat Indonesia, Akibat pandemic ini, kehidupan masyarakat menjadi tidak menentu dan dampaknya Sangat terasa luar biasa dan multisector, mulai dari kesehatan, pendidikan, sosial ekonomi, hingga aktivitas masyarakat lainnya.

Untuk mengatasi pandemic Covid-19 pemerintah melakukan beberapa program dengan menerapkan kebijakan yaitu pembatasan sosial (Social Distancing), menjaga jarak antar manusia, menjauhi segala bentuk perkumpulan atau menghindari berbagai pertemuan yang melibatkan orang banyak. Akan tetapi kebijakan yang diterapkan dari program pemerintah ini menimbulkan banyak konytra dan keluhan dari masyarakat.

Masalah sosial yang terjadi akibat pandemic Covid-19 yaitu kemiskinan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah warga miskin di Indonesia meningkat lebih dari 2,7 juta jiwa akibat pandemic Covid-19. Peneliti mengatakan meningkatnya angka kemiskinan karena kebijakan pandemic yang tak tegas di awal dan upaya untuk memulihkan kondisi ini memerlukan waktu yang cukup lama. Untuk mengatasi masalah kemiskinan ditengah pandemic virus Covid-19, pemerintah menyalurkan Bansos untuk masyarakat. Akan tetapi, masih banyak masyarakat yang belum menerima Bansos dari pemerintah.

Kemiskinan juga disebabkan oleh tingkat pengangguran yang tinggi selama pandemic. Akibat penerapan pembatasan sosial, banyak pengusaha yang terpaksa harus gulung tikar atau menutup usaha nya karena bangkrut. Sehingga banyak pekerja yang harus di PHK dan menganggur. Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan, angka pengangguran di Indonesia selama pandemi Covid-19 meningkat dari 4,9 persen menjadi 7 persen atau 9,7 juta orang. Untuk mengatasi tingkat pengganguran yang tinggi, pemerintah memberikan lapangan kerja yang baru dan bantuan dana untuk UMKM (Usahha Mikro Kecil dan Menengah). 

 Tingkat penganguran yang tinggi ternyata membuat angka kriminalitas juga semakin tinggi ditengah pandemi ini, demi memenuhi kebutuhan untuk hidup,masyarakat yang terkena PHK dari pekerjaannya melakukan tindakan kriminal seperti mencuri, merampok, menipu, menculik, mencompet, membegal dan melakukan tindakan kriminal lainnya. Tinggi nys angka kriminalitas juga disebabkan oleh pembebasan narapidana, tujuannya untuk mencegah terjadinya Penyebaran virus Covid-19 di dalam rumah tahanan maupun lembaga-lembaga di masyarkat.

Pemerintah juga menerapkan sistem Panduan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Proses belajar mengajar harus dilakukan secara online, sehingga mengharuskan pembelajaran nya menggunakan berbagai sumber dan media belajar melalui teknologi informasi dan komunikasi (TIK) seperti HP, computer, laptop dan media lainnya sebagai media perantara belajar online. Mengingat minim nya teknologi di masyarakat menjadi penghambat proses belajar online, banyak mereka yang masih belum mempunyai media perantara untuk belajar online. Pemerintah memberikan bantuan kuota untuk pelajar, akan tetapi kondisi sinyal yang buruk dan sulit dijangkau di desa-desa terpencil menyulitkan pelajar untuk mengikuti belajar online. 

 Fasilitas kesehatan yang kurang memadai juga menjadi penghambat ditengah pandemic virus Covid-19 ini. Banyak pasien positif Covid-19 yang kehilangan nyawa nya akibat dari kurang nya fasilitas kesehatan di rumah sakit, puskesmas dan sarana kesehatan lainnya. Apalagi di desa-desa terpencil yang sulit dijangkau sangat kurang sekali fasilitas kesehatan nya, pemerintah juga terlalu lalai dan lamban dalam memenuhi fasilitas di desa-desa yang sulit dijangkau. Tak jarang masyarakat di desa terpencil harus menempuh jarak jauh ke kota atau kerumah sakit yang memiliki fasilitas yang lebih lengkap untuk berobat. Akibat pandemi Covid19 ini, sudah banyak tenaga medis yang kehilangan nyawa. Sehingga membuat rumah sakit yang kekurangan tenaga medis yang sudah ahli dan berpengalaman. 

Seharusnya pemerintah lebih siap dan siaga dalam menangani kasus Covid-19 ini. Krena masih banyak pusat pariwisata, pusat bermain, pusat perbelanjaan yang masih belum menerapkan protocol kesehatann yang baik dan benar. Pemerintah juga kurang tegas dalam memberikan sanski dan hukuman kepada masyarakat yang melanggar aturan program pandemic dan protocol kesehatan, sehingga mereka jera. Pemerintah juga seharusnya membuka kembali sekolah-sekolah dengan meberikan jadwal bergilir untuk siswa, sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih efektif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun