Mohon tunggu...
Dewi Wulan Sartika
Dewi Wulan Sartika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Wee

Sekedar Aksara

Selanjutnya

Tutup

Film

Naluri Keibuan dalam Film "Ali dan Ratu-Ratu Queen's"

27 November 2021   22:30 Diperbarui: 27 November 2021   22:31 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Film ini rilis di Netflix pada tanggal 17 Juni 2021. Film ini mengisahkan bagaimana perjuangan seorang Ibu mengadu nasib di kota besar, New York, dan bagaimana sang anak bertekad kuat ingin menemui Ibunya di kota tersebut.


Ali kecil harus merelakan moment kebersamaan dengan Ibunya, dikarenakan Ibunya bekerja di New York dan ingin menggapai mimpinya. Ali tinggal bersama Ayahnya, pertengkaran antara ayah dan Ibunya via Telfon sudah menjadi musik keseharian baginya.

Ali kecil beranggapan Ibunya salah, Ibunya egois, tidak sayang Ali dan keluarganya. Ali selalu mempercayai Ayahnya, karena Ayahnya selalu berada disisinya.

Hingga suatu ketika Ayahnya meninggalkan Ali untuk selamanya. Pada saat itu Ali sudah menginjak usia remaja. Dia menyadari kekeliruan dalam hidupnya. Kekeliruan menilai sosok Ibunya seperti apa.

Ali berniat mencari Ibunya di New York, dengan uang yang tersisa dan uang hasil dari penyewaan rumahnya. Setibanya di New York dengan segala perjuangan dan berhasil menatap mata indah Ibunya di depan mata, namun yang Ali dapatkan adalah penolakan. Ibunya memilih keluarga barunya.

Ali yang kecewa bertemu dengan Ratu-Ratu Queens yaitu Party, Biyah, Ancen, dan Chinta. Empat sosok tante yang menyayangi dan mengasihi Ali, Laki-laki remaja yang pada saat itu perasaanya dilingkupi kecemasan.

Hal yang murni terjadi karena adanya sifat keibuan dari keempat wanita tersebut. Rasa sayang kepada seorang anak remaja yang mencari cinta dari Ibu Kandungnya.
Kehadiran ke empat sosok tante tersebut membuat penonton merasakan kenyamanan, dan menambah kesan dalam drama keluarga ini.

Point yang menjadi dasar konflik dalam film Ali dan Ratu-Ratu Queens ini adalah bagaimana sosok Mia (Ibunya Ali) memiliki jiwa yang bebas, ingin meraih mimpi, gambaran wanita modern. Hal itu bertolak belakang dengan keluarga besar suaminya yang konservatif terhadap gender. Masih menganut paham patriarki. Dimana derajat laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.

Masalah antara paham feminisme dengan budaya patriarki masih menjadi momok persoalan dizaman yang semakin berkembang ini. Keegoisan antara perempuan dan laki-laki yang ingin diakui, ingin menggapai mimpi tanpa adanya kendala suatu halangan dari aturan gender yang ada. Wanita tidak boleh berkarier, lelaki harus dihormati, lelaki seperti Raja dan lain sebagainya.

Film ini cukup merepresentasikan persoalan tersebut dengan baik meskipun hanya digambarkan sedikit di awal cerita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun