Bukan penduduk Sukabumi, bukan pula bagian dari warga PUI, entah kenapa, diriku selalu gemas melihat sosok yang satu ini.
Dari berita-berita yang kubaca tentang tokoh-tokoh yang diusulkan menjadi Pahlawan Nasional, ada satu pejuang kemerdekaan yang upaya pengusulannya begitu kencang. Buat petisi, tanda tangan segala macam, sampai desakan ke Pemerintah pun telah dilakukan.
Tapi, apa daya, pengajuannya begitu alot. Bahkan gelar Pahlawan dari pusat pun tak kunjung diraih; kepahlawannya tak dianggap. Padahal, banyak lho media-media yang telah mengangkatnya; sebagai pejuang, ulama, pendiri Persatuan Umat Islam (PUI), dan salah satu anggota BPUPKI.
Nah, untuk anggota BPUPKI sendiri, menurut yang kubaca di berita, tinggal beliau satu-satunya yang belum mendapatkan gelar tertinggi itu.
Iya, saat ini memang demikian, nyatanya begitu kok.
Yang membuatku berang, adalah pernyataan dari salah seorang  anggota Dewan Gelar, yang menyatakan ada tiga anggota BPUPKI yang tersisa, yang belum dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
Siapakah mereka? Abdul Kahar Muzakkir, Alexander Andries Maramis, dan KH Masjkur.
Udah gitu, dianggap habis, kan? Eh, ternyata belum. Â Â Â Â Â Â Â Â
Masih ada kok, yang gelar kepahlawanannya masih diperjuangkan sampai saat ini; KH Ahmad Sanusi.
Apesnya, beliau tak diakui, padahal sudah diajukan berkali-kali. Ditolak tanpa alasan yang pasti. Melihat seperti ini, hatiku jadi sakit sekali, masa tokoh BPUPKI harus melalui jalan berliku dan tak sampai-sampai?
Pemerintah hanya mengakui beliau sebagai pejuang kemerdekaan dan disematkan bintang jasa, tak lebih. Berbeda dengan sahabatnya, KH Abdul Halim yang langsung diterima oleh Presiden kala itu; dianugerahi gelar kepahlawanan. Sungguh perlakukan yang bagaikan bumi dan langit.