Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pernah Termakan Hoaks? Begini Cara "Mengobatinya"

14 September 2020   09:27 Diperbarui: 15 September 2020   05:00 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Ragan Training

Itu yang harusnya dikedepankan, terlebih lagi bagi kaum perempuan. Soalnya mereka ini lebih karena emosi, jadinya akal malah kalah. 

Nah, akal dan logika itu di mananya sih? Tentu saja letaknya di dalam kepala kita, dalam otak kita! Mereka itulah yang membedakan pernyataan yang dilihat, apakah bisa diterima atau tidak. Oh ya, tahu ungkapan "tidak masuk akal", bukan? Ya, seperti itulah.

Misalnya begini, COVID-19 disebabkan oleh bakteri. Sudah jelas logika bilang, SALAH DONG. Gak mungkin masuk akal karena COVID-19 adalah akronim dari COronaVIrus Disease-2019.

Karena ada kata 'virus' (di belakang 'corona'), ya sudah pasti penyakit ini disebabkan oleh VIRUS.

Cara lain yang bisa ditempuh adalah membiasakan membaca artikel maupun berita, atau menonton warta dan video edukasi yang jelas-jelas terpercaya secara utuh, gak usah setengah-setengah! Jangan pula sebatas berhenti di tautan di media sosial, like doang, terus lewat tanpa makna.

Tahu tidak, kalau informasi yang dibaca setengah-setengah, sepotong-sepotong pula. Tentunya bakal ada salah paham, terus memicu buat menyebarkan hoaks.

Tak mau kan hal ini terjadi?

Soal hal itu, diriku pernah teringat akan video acara lawas tahun 2000-an Bajaj Bajuri. Di situ para warganet pada salah paham, karena disajikan sepotong-sepotong itu tadi.

Setelah menonton episodenya secara utuh, ternyata saat itu ada wabah SARS toh. Oalah.

Sebaliknya, kalau berhasil membiasakan membaca artikel atau menonton berita sampai habis. Jadi tambah pengetahuan secara penuh nan nyata.

Malah, bisa jadi bekal untuk membantah informasi yang disebarkan oleh pembawa berita yang kebenarannya saja sudah abu-abu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun