Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Beginilah Pahit-Manisnya Bersepeda di Desa!

30 Juni 2020   04:50 Diperbarui: 30 Juni 2020   10:17 1381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Indochina Voyages

Sekarang, di masa new normal, sepeda menjadi tren yang rasa-rasanya, dibangkitkan kembali.

Ya, bisa dilihat sendiri, di era pandemi virus korona baru (COVID-19), sepeda jadi barang yang laris manis bak kacang goreng, malah kendaraan tersebut mulai "dihidupkan" kembali oleh pemiliknya setelah lama terdiam, mematung dalam gudang.

Mungkin, hal itu terlihat nyata di kota-kota. Sedangkan di desa?

Barangkali, ada desa yang sudah demam bersepeda, ada pula yang belum. Apalagi kalau wilayah tersebut zona hijau, bahkan masih bersih dari "noda-noda" coronavirus disease 2019. Masih betah dengan mobil dan motor!

Padahal, bukankah sepeda itu menyehatkan, ya? Apalagi kalau dijadikan alat transportasi.

Kalau kalian mau bersepeda dalam keseharian, gak perlu lagi naik kendaraan umum yang bisa jadi, di permukaannya terdapat human coronavirus 2019 (HCoV-19), malah kalau tidak berhati-hati, justru bakal membahayakanmu!

Sayangnya sih, sebagian orang sudah terlalu nyaman dengan transportasi yang cepat, dan tak perlu keluarkan banyak tenaga terlebih pas cuaca panas. Sebagaimana jalan kaki, bersepeda menjadi hal yang enggan dilakoni.

Haiiih, lagi-lagi. Itu masalah mindset, kan?

Oh ya, kalau kembali ke masa lalu, sebelum mobil dan motor merajai penduduk desa, justru sepeda-lah yang jadi alat transportasi, di samping berjalan yang cuma butuh dua kaki yang melangkah.

Namun, setelah kedua kendaraan bermotor itu masuk desa, jadilah dua metode itu kalah saing dan mulai ditinggalkan, yakan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun