Setelah melihat tulisan-tulisan penulis lain yang nangkring di lantai atas (maksudnya, Headline!), rasa-rasanya diriku malah merenung.
Bagaimana tidak, ada satu hal yang membuat karya mereka bernilai plus, plus, dan plus. Kalau sekadar tulisannya dari referensi semata, tulisannya sudah turun ke tingkat dua. Kunci bahwa tulisan atau karyanya adalah asli dari mereka sendiri.
Pengalaman? Tepat sekali!
Artikel yang dibumbui dengan pengalaman pribadi, itu memang sering dijumpai. Iyalah. Memang lumrah sih kalau menulis atau bikin karya apa pun, untuk mencurahkan isi hati dan pikirannya. Namun, di balik itu, justru itulah yang bikin dihargai lebih; ditinggikan!
Beda dengan karya yang hanya jiplakan. Pasti bakal dihina dan terinjak-injak oleh yang lain, karena hasilnya dari jalan yang salah.
Nah, soal itu, pernah gak kalian merenungkan soal menulis skripsi atau buku? Walaupun memang harus hasil karya sendiri, toh isi di dalamnya tidak mungkin 100% orisinil. Buktinya apa? Ya referensi lah yaa....
Referensi, memang beragam bentuk dan rupanya. Ada buku, jurnal, dan artikel-artikel di internet. Coba kalian teliti buku dan jurnal yang kalian gunakan. Ada daftar pustakanya, kan?
Toh, buku dan jurnal juga pakai referensi juga. Ada sumbernya yang jadi rujukannya.
Jadi.... waktu kalian menulis buku atau karya ilmiah lain, pakai buku A, misal. Buku A ada referensinya, misalnya buku B. Buku B pasti merujuk ke buku C.Â
Begitulah seterusnya, sampai pada satu titik yang menjadi ujungnya; orang yang mencetuskan teorinya!
Dan, orang yang mencetuskan teori, inilah yang pertama kali mengamati lingkungan, lalu hasilnya, merumuskan fenomena dalam konsep secara ilmiah.