Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pandemi Korona Mengajarkanmu untuk Lebih Dewasa

22 Mei 2020   11:09 Diperbarui: 22 Mei 2020   16:28 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Student Voices

Iya, harusnya sih tenang. Lha, mereka malah dikuasai emosinya sampai-sampai mengalahkan akal sehat yang digunakan untuk berpikir nalar. Itu adalah bukti bahwa mereka kurang terampil mengelola emosinya.

Padahal, mengelola emosi (enggak cuma marah, sih) di saat pandemi itu penting lho, biar gak stress dan depresi. Bahkan, kalau gak diatasi, bisa merambah ke tahapan yang lebih serius. Ya, bisa jadi penyakit yang berpengaruh pada fisiknya. Tambah repot jadinya, kan?

Sumber gambar: Zinny Factor
Sumber gambar: Zinny Factor

Kalaupun memang virus COVID-19 sudah terlanjur menyebar ke mana-mana, bahkan sudah sampai di tempat di mana kalian tinggal. Kalau kalian sudah mengetahuinya, belajarlah untuk menenangkan diri, tapi dengan jiwa yang lebih awas. Jangan sekalipun wabah itu luput dari perhatianmu!

Kemudian, jikalau penyakit itu menjadi nyata dalam pengamatan kalian, kalian akan sadar, dan bakal bertanggung jawab terhadap kesehatan dan kebersihanmu. Apalagi kalau kalian punya bakat yang bakal berkembang jadi masalah kesehatan bila kalian tak berusaha menjaganya.

Misalnya nih, potensi untuk menderita darah tinggi setelah menelusuri keturunan yang menderita penyakit tersebut. Mau gak mau, kalau tak ingin menyerang dirimu lebih dini, ya harus disiplin menjaga kesehatan, walau terasa berat dan pahit!

Juga, pandemi ini mengajarkan kalian untuk mengontrol diri sendiri. Tak hanya dari sisi kesehatan dan kebersihan saja, termasuk menahan diri dari hal yang sekiranya membahayakan kalian. Di samping itu, kalian juga mau menerima masukan jika ada yang salah terhadap apa yang kalian lakukan.

Terus, kalau para pemudik yang nekat balik ke kampung demi keluarga atau tak ada kerjaan lain, selain egois, apa bedanya dengan anak-anak yang tak bisa mengontrol dirinya?

Apalagi kalau mereka bebal dan nggak mau menerima peringatan bahaya Korona, malah kerumunan tanpa jarak. Memang mereka belum sepenuhnya melepaskan jiwa kekanak-kanakan, ya.

Hmmm, iya. Pagebluk Korona mengajarkan kalian buat menurunkan egonya. Makanya, wahai orang-orang yang kaya dan merasa cukup, pantas gak, kalian bersenang-senang sedangkan banyak saudara-saudara yang lain yang menderita cukup keras akibat terjangan koronavirus?

Nah, cobalah memotong ego kalian yang sudah sedemikian tinggi. Lihatlah dengan kacamata hati, bahwa kehadiran pandemi COVID-19 menyuruh kalian agar bersyukur atas apa yang kalian punya, tidak mengeluh apa yang hilang darimu, sebagai pendidikan untuk mencapai kedewasaan, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun