Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Karena Hal Ini, Saya Enggan Menjadi PNS

15 November 2019   20:34 Diperbarui: 16 November 2019   08:34 7894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Kompas.com

Siapa yang kepengen jadi PNS?

Gaji besar, tunjangan di hari tua, siapa yang tidak tergiur?

Kalau tergiur, pasti banyak lah. Pendapatannya yang tinggi membuat profesi Pegawai Negeri Sipil (PNS) menjadi "seksi" di mata generasi muda. Sampai-sampai, menarik hati teman-temanku yang menggantungkan impian; menjadikan status PNS sebagai tujuan akhirnya.

Nah, jangan heran kalau saya melihat teman-temanku kala itu, pada mengisi formulir SNMPTN, PNS adalah pekerjaan yang mereka idam-idamkan. Lalu, kuliah kebanyakan mengambil jurusan keguruan. Mereka pikir PNS itu guru, ya?

SALAH BESAR!

ASN atau Aparatur Sipil Negara, bahasa kekiniannya, sebenarnya luas sekali, lebih dari itu! Berbagai bidang bisa dijamah oleh pelayan-pelayan negeri. Mulai dari pendidikan, kesehatan, keuangan, pemerintahan, sampai militer juga ada!

Saking luasnya lingkup yang bisa ditempati oleh seorang PNS, membuat saat CPNS dibuka Senin (11/11) lalu, menjadi semacam "audisi besar" yang didatangi banyak orang untuk mengikuti seleksi. Ya iyalah, siapa yang tak ingin mencicipi manis dan nyamannya menjadi aparatur negara? Ngacung tangannyaaaa!

Eitts, bukan saya lho, ya. Walaupun dari kalangan keluarga ada paman saya, seorang (pensiunan) PNS Kesehatan Kodam Sriwijaya yang telah purnatugas tahun ini, tidak membuat saya tertarik untuk mengikuti jejaknya menjadi pegabdi negara.

Karena ada satu hal yang saya takutkan: terjatuh dalam lubang kelam bernama KORUPSI!

Beneran, serius deh! Korupsi ini sesuatu yang nggak main-main! Menpan RB kala itu, Syafruddin bilang, sudah ada 3.240 PNS yang sudah "dipulangkan ke rumah" akibat jeratan rasuah.

Lalu, dari Badan Kepegawaian Negara menyebutkan, ada 1.906 ASN yang akhirnya dibebastugaskan, karena tertangkap tangan melakukan hal yang sama.

Yah, sudah jadi hal yang lumrah sih, di lingkungan pemerintahan, baik Kementerian, DPR, bahkan sampai PNS sekalipun, korupsi sudah jadi "budaya", ya apalagi kalau bukan sarana untuk mengeruk kekayaan yang jadi miliknya yang tak ada habisnya?

Makanya, mau menghilangkan korupsi yang menjalar bagai kanker, susah memang. Buktinya aja, kasus korupsi PNS sampai ribuan, belum lagi mencakup kepala daerah, anggota DPR, bahkan sampai menteri sekalipun!

Terlebih lagi kalau atasannya dl kantor PNS, tak semuanya baik. Ada juga yang kelakukan dan kinerjanya buruk, parahnya lagi nyuruh bawahannya korupsi. Sebel jadinya, saya benci pejabat yang seperti ini!

Tapi nggak semuanya begitu. PNS di bidang pendidikan dan kesehatan sih mending, karena ini pekerjaan yang menuntutnya menjalankan secara profesional. Kalau seandainya ditawarkan bekerja di pemerintahan, jujur saja, saya malah enggan.

Karena, jalan birokrasi di pemerintahan termasuk PNS memang tidak semulus jalan tol, malah berkelok-kelok. Ribet. Sedangkan orang swasta maunya serba ringkas dan cepat. 

Untuk memudahkan dan memuluskan dalam menangani proyek, maka pengusaha swasta, misal, memberikan suap kepada si birokrat PNS itu. Yah, pantesan saja, korupsi tumbuh dengan subur.

Pokoknya, selama birokrasi gitu-gitu aja, terus "virus-virus" korupsi di lingkungan ASN tak kunjung dimusnahkan, saya akan menutup mimpiku untuk menjadi aparatur negeri.

Namun, bukan berarti yang benar-benar niat jadi PNS harus melepaskan impiannya. Tidak, siapa yang melarang? Jalan hidup memang hak untuk memilih, kok. Jadi ASN juga pekerjaan yang mulia, asalkan harus siap fisik, dan terutama mental, untuk menghadapi hal-hal yang bisa merugikan diri dan bangsanya.

Paling utama, setelah ada ilmu yang didapat, kalau mau masuk jadi ASN, wajib menjadikan PNS itu panggilan hati, mengabdi untuk negeri. Jangan hanya dilandasi untuk mendapatkan uang yang banyak. Kalau memang sudah terlanjur sudah jadi PNS, ubah motivasinya!

Lupakan rupiah, karena telah dijamin, dan sebaliknya, di ruangan pikiran, cuma satu kalimat: "Apa ya yang bisa saya berikan sumbangsihnya melalui ilmu, untuk Tanah Air yang telah membesarkanku?"

Lalu, jangan lepaskan perhatian kalian dengan ideologi. Ingat, ideologi bangsa kita hanya satu; Pancasila, bukan yang lain! Ideologi kanan atau kiri, sudah jelas ilegal!

Sayangnya, karena kebanyakan generasi kita tidak dapat mendapat Pendidikan Pancasila, hanya Kewarganegaraan, ya jadinya nggak tau apa-apa soal dasar negara di sini. Padahal, ini penting, dan bakal ditanyakan tentang hal itu. Nah, sebelum jadi ASN, pemahaman Pancasila tolong dipelajari lagi, ya!

Lebih pentingnya lagi, punya kejujuran bersikap dan integritas. Seperti yang pernah kujelaskan, integritas atau tidak, tergantung dari kesempatan.

Pokoknya, jadi ASN itu, tak hanya harus punya semangat melayani rakyatnya, sekaligus mesti siap diuji dari godaan-godaan yang bisa memperkaya diri, yang sebenarnya malah menjerumus pada hukuman "abadi": dipecat secara tidak hormat dan dicabut tunjangan pensiunnya!

Satu hal lagi, ke depannya, harapanku, semoga birokrasi harus direformasi menjadi lebih sederhana seperti janji Presiden Jokowi.

Ingat, teknologi terus berkembang, apalagi di mana-mana telah muncul robot, harusnya harus ada inovasi biar kinerja PNS terus berkembang dan lebih bermutu lagi, iyaa 'kan?

***

Hmmm, kalau begitu, setelah membaca artikel ini, apa kalian masih mau jadi PNS?

Kalau saya sih, ogah deh! Mending meniti karier yang lain! 

Berbakti pada negeri nggak harus lewat jalur "negara". Swasta atau mandiri juga boleh. Asalkan bisa memberikan kontribusinya buat bangsa, mengapa tidak?

Demikianlah penjelasannya, salam Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun