Yang paling penting, tentu yang dihadapi adalah venue-venue dan penyelenggaraannya ke depan. So pasti, gelanggang-gelanggang olahraga peninggalan Asian Games semuanya berkelas internasional. Jadi, tinggal perawatannya yang terpenting, karena itu lebih sulit dari pembangunannya, bisa enggak?
Salah satunya, sesuai pesan IOC pada Indonesia menuju host Olimpiade: rutin menggelar event menggunakan venue-venue yang berstandar itu tadi. Nah ini yang bisa dimanfaatkan oleh atlet-atlet Indonesia agar berprestasi lebih baik dan siap bersaing di Olimpiade. Kan masih banyak tuh, multievent lain yang negara kita belum "mencicipinya" menjadi tuan rumah seperti Asian Indoor dan Matrial Arts Games, World Games, Universiade, Asian Youth Para Games, dan sebagainya, ayo jangan ragu-ragu untuk ambil kesempatan buat bidding jadi tuan rumah!
***
Akan tetapi, semua tak berarti apa-apa jika perekonomian sedang morat-marit. Tau sendiri 'kan, pesta olahraga Olimpiade biayanya gila-gilaan, serba mahal, lebih tinggi dari biaya penyelenggaraan Asian Games bahkan bisa jadi biaya Olimpiade lebih besar dibanding biaya pemindahan ibu kota?
Maka, sungguh langkah yang tepat---kalau saya pernah baca di berita sih---jika persiapan dana untuk Olimpiade 2032 di Jakarta dimulai dari sehabis Pilpres, dikumpulin dananya dari swasta dan pemerintah, pakai anggaran multiyears. Bikin venue baru untuk bertanding walau Olimpiade masih lama, itu namanya persiapan yang jempolan!
Lihat tuh, pembangunan stadion BMW untuk markas baru Persija mulai tahun depan, bisa jadi bakal dipake jadi main venue Olimpiade dan Paralimpiade nantinya, buat opening-closing. Intinya, semakin jauh-jauh hari persiapannya, semakin baik, janganlah terlalu buru-buru kayak perhelatan olahraga yang dulu-dulu, kalau enggak mau dilihat "memalukan" di mata IOC. Ya, gitu aja sih.
Demikian penjelasannya, salam Kompasiana! Â Â