Terus, Stadion Utama. Bangku yang semula berbentuk kursi panjang kini berubah menjadi single seat flip up sesuai standar FIFA, penggunaan lampu yang meningkat menjadi 3.500 lux, terus ditambah lagi dengan kamera pendeteksi yang amat canggih!
Di samping renovasi  kompleks GBK, di Jakarta sempat dilarang membangun venue baru oleh OCA karena alasan kesiapan, toh akhirnya dibangun juga seperti venue BMX, lapangan baseball Rawamangun dan Jetski di Ancol yang berstandar internasional. Bahkan, wilayah Pulomas yang dikenal dengan pacuan kuda, harus menggusur pemukiman dan tempat ibadah demi membangun Jakarta International Equestrian Park!
Belum lagi Velodrome Rawamangun yang lebih dulu ada sejak 1970-an dan dipakai SEA Games 2011, toh akhirnya dirobohkan. Alasannya, jelas; OCA menilai arena ini sudah tua, tidak layak. Karena itu, dibangun Jakarta International Velodrome dengan desain yang lebih kekinian dan hemat energi serta menggunakan lintasan kayu Siberia, didatangkan dari Jerman.
Tapi, tidak semua venue melulu dibangun baru. Ada pula yang cukup dengan menyewa venue yang layak dipakai untuk pertandingan olahraga seperti JIExpo untuk senam, tinju, angkat besi, bridge, JCC untuk pertandingan bela diri, GOR PROPKI utuk handball, TMII untuk pencak silat dan kabaddi, dan tentu saja Pondok Indah Golf Course untuk pertandingan golf. Dan itu memang nggak gampang karena harus ada pertimbangan tersendiri dari beberapa pihak.
Bahkan untuk sekelas voli terpaksa pindah ke GOR Bulungan setelah disetujui OCA, yang harus dibenahi agar layak menjadi venue sampai hari ini, ya meskipun ada yang dibilang gak pantas buat sekelas Asian Games terutama dari Ombudsman.
Ya apa boleh buat, dimaklumin saja. GOR Simprug (venue sebelumnya) ternyata harus direnovasi besar dan pemiliknya tak sanggup menggarapnya!
Kalau untuk Palembang, Bagaimana?
Sisanya? Tinggal direnovasi saja sesuai standar Internasional. Danau JSC diperluas untuk venue dayung dan triathlon. Stadion Bumi Sriwijaya dan Gelora Sriwijaya untuk cabor sepakbola putri harus rela direnovasi. GOR Ranau berbenah untuk cabor sepak takraw, begitupun dengan lapangan voli pantai. Venue menembak, sepatu roda, panjat tebing dan Lapangan Tenis yang ada sejak SEA Games 2011 juga ikut dipugar, apalagi tenis yang sampai membangun 8 lapangan tambahan!
Belum lagi penataan yang membuat kawasan JSC semakin indah, bahkan sampai dibangun enam rumah ibadah dari agama yang diakui di negeri ini, yang berdampingan. Light Rail Transit (LRT) juga sudah dibangun sejak 2015 karena permintaan OCA yang wajib punya transportasi cepat untuk persyaratan sebuah kota tuan rumah perhelatan internasional. Tujuannya, sudah pasti; agar atlet tidak terlambat sekaligus di masa depan bisa mengatasi problem kemacetan!
Tapi itu pun belumlah cukup. Jawa Barat dan Banten harus turun tangan untuk menyediakan venue tertentu. Apalah artinya jika Asian Games diselenggarakan tanpa mereka, ya 'kan?