Bulan ini, "sekolah virtual" Kompasiana telah memasuki usia ke-9. Bermula dari sebuah sanggar ngeblog untuk jurnalis, sekolah tersebut hampir akan ditutup karena sedikit sekali yang menulis kecuali pendirinya, Pepih Nugraha. Kini, Kompasiana telah menjelma jadi "sekolah virtual" terfavorit di Indonesia, yang memungkinkan siapa pun untuk belajar dan menyalurkan hobi menulis.
***
Masih ingatkah dengan artikel saya sebelumnya, "Sekolah Menulis" Itu Bernama Kompasiana?
Dalam artikel ini, saya meninggalkan kesan di sini bahwa Kompasiana ini ibaratnya sebuah sekolah. Ada Admin yang menempatkan dirinya sebagai guru, dan Kompasianer jadi muridnya. Pokoknya, kedua belah pihak sama-sama belajar dan mengajar, apa pun bidangnya yang bertebaran di sini.
Ditambah lagi dengan suasana-suasana di Kompasiana, yang kalau saya umpamakan, ya mirip-miriplah dengan suasana sekolah pada umumnya. Eits, ini baru sebagian, lho!
Kali ini, saya akan mengajak berkeliling, menengok  sisi lain dari "sekolah virtual" yang bernama Kompasiana ini.
COO, "Kepala Sekolah"-nya Kompasiana
Ooo... saya hampir lupa. Di sebuah perusahaan, biasanya ada COO (Chief Operating Officer). Orang inilah yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada keberlangsungan perusahaan yang dikepalai olehnya.
Nah, COO inilah yang orang-orang dipanggil dengan "julukan" berbeda; ada yang menyebutnya bos, pimpinan, kemudi, atau nahkoda. Kalau saya sih, karena Kompasiana ini sebuah "sekolah virtual", makanya (saya lebih suka) disebut sebagai "kepala sekolah".
Lalu, siapa "kepala sekolah" Kompasiana sekarang ini? Dialah Iskandar Zulkarnaen atau biasa disapa dengan mas Isjet, yang resmi ditunjuk, mengemban amanah untuk menjabat di posisi ini, terhitung sejak Januari 2017. Nggak sampai setahun memang, tapi mudah-mudahan ke depan, di bawah manajemennya, sekolah ini semakin lebih maju.
Kalau begitu, kemana sih sebenarnya pendiri dan kepala sekolah Kompasiana yang dulu, kang Pepih? Keluar dari yayasan, terus membangun dan mengurus "sekolah virtualnya" sendiri!