Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Saat Spiritualitas Berubah Menjadi "Barang Langka"

21 Juli 2017   19:14 Diperbarui: 25 Juli 2017   08:04 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: www.determinedespite.com

Screenshot percakapan dengan sahabatku
Screenshot percakapan dengan sahabatku
Nah, bagaimana dengan kegiatan agama lainnya? Hmmm, sepertinya kalian harus menjawabnya sendiri, bagaimana keadaannya, apakah lebih baik, atau justru semakin berkurang.

Kenapa ya, bisa terjadi demikian?

Menurut buku Ungkapan Hikmah karya Pak Komaruddin Hidayat, kita sebagai manusia, memang mudah puas dan terbelenggu dengan pengalaman-pengalaman indrawi; yaitu pengalaman secara fisik dan bisa terlihat. Ya, memang bisa dilihat 'kan, ketika hidup di dunia, memang kegiatan sehari-hari didominasi dengan hal-hal yang "terlihat jelas" dengan mata kepala.

Misalnya, ketika kita bekerja, bersekolah, atau hal-hal lainnya, melibatkan benda-benda yang jelas-jelas bersifat fisik. Termasuk dalam menulis, yang meskipun melibatkan mental dan pikiran, tetap saja terwujud dalam susunan huruf yang membentuk kata-kata, yang juga bisa dilihat siapa pun. Dengan cara itulah, dengan melihat hal-hal fisik, kebanyakan dari mereka sudah bisa mendapatkan kepuasan dalam hidupnya.

Tapi.... tunggu dulu. Apakah kepuasan fisikal memang sudah terpenuhi? Ternyata , sesungguhnya hal ini tidaklah cukup!

Pasalnya, pengalaman-pengalaman indrawi hanya terbatas pada yang kita lihat saja. Makanya, pengalaman tersebut masih dangkal. Buktinya, seperti yang dialami oleh vokalis Linkin Park ini. Walaupun sudah berkarier belasan tahun di bidang seni dan menganggap hal ini mendamaikan batin dan bisa melupakan traumanya, toh pada akhirnya beliau bunuh diri. Artinya, kebahagiaan tersebut masih belum apa-apanya!

Jadi, kegiatan menulis yang merupakan intellectual happiness, berkesenian yang jadi bagian dari aestetical happiness, sebenarnya masih kalah dibandingkan kebahagiaan tertinggi yang ditawarkan-Nya kepada manusia. Masih ingat tidak, tangga-tangga kebahagiaan itu? Di antara beberapa kebahagiaan, spiritual happiness menempati "puncak" dari segala tangga-tangga kebahagiaan, yang tentunya lebih sejati.

Yup! Kebahagiaan spiritual, memang tak terbatas.  Namun, karena spiritualitas adalah soal hubungan kita kepada Tuhan yang Mahaluas, tentu menjadi terbatas  jika kita "menjelaskan" pengalaman tersebut kepada orang lain, karena kebahagiaan tersebut terjadi di luar fisik alias ruhani, dan bersifat emosional-psikologis. Karena spiritualitas itu "tak terlihat", sedangkan kita memang terbuai dengan hal-hal yang bersifat fisik, makanya "ketimpangan" jumlah kegiatan duniawi dan kerohanian di sini beda jauh. Silakan ditebak, lebih rame mana? Pasar, atau tempat ibadah? Pasti akan menjawab pasar, 'kan?

Karena itulah, kita memang selayaknya mendapatkan asupan spiritual, apalagi bagi kaum introvertyang sudah pasti menyukai hal-hal yang bersifat psikis. Kalian tahu, apa alasannya? Menurut yang saya baca di buku The Introvert Advantage, spiritualitas bisa mengurangi perasaan kewalahan, tertekan, dan bisa memberikan energi mental untuk menjalani hari demi hari, di muka bumi ini.

Bahkan, orang yang punya spiritualitas tinggi, justru terpancar sikap altruisme-nya, mengasihi sesamanya, dan bisa menjaga integritas dan tanggung jawab selama hidup di dunia, bukan?

Lalu, gimana caranya, untuk bisa mendapatkan kepuasan spiritual?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun