Mohon tunggu...
Dewi Uny Widya H.N
Dewi Uny Widya H.N Mohon Tunggu... Guru - Mengajar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menyukai membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hati Nurani yang Membungkam Kebenaran

18 Oktober 2022   22:12 Diperbarui: 18 Oktober 2022   22:27 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hati Nurani Yang Membungkam Kebenaran


Mungkin setiap orang pernah mengalami semacam perasaan yang saling tarik menarik antara hati dan logika, saat kita sedang dihadapkan dengan sebuah fenomena.

Dimana kita merasa dilema dengan sebuah keputusan ketika kita harus mengatakan inilah kebenarannya atau sebaliknya, tapi sebenarnya hati nurani kita tak pernah salah dalam memilih, ketika kita memutuskan sesuatu tentang penilaian kita terhadap suatu fenomena atau peristiwa.

Kata kebenaran itu sendiri secara umum dapat di artikan penyesuaian antara pengetahuan dan objek atau diartikan sebagai sesuatu pendapat atau pun perbuatan seorang individu yang sesuai dengan (atau tidak ditolak oleh) orang lain dan bermanfaat bagi orang lain dan tidak merugikan individu atau pun kelompok tertentu . 

Sehingga dalam pandangan manusia secara sosial kebenaran itu memiliki berbagai macam keragaman sesuai dengan epistemologinya masing-masing, apa yang menjadi instrumen pengetahuannya, sumber pengetahuannya.

Sehingga seringkali kita temukan dalam berbagai dis kursus berbagai macam ideologi mempersepsikan bahwa golongannya yang paling benar, baik kelompok agamis, materialis, maupun idealis atau yang lainnya.

Mungkin kebenaran memang bisa dibungkam kekuasaan tetapi sama sekali tidak akan mungkin bisa dikalahkan. 

Protagonis -- Antagonis boleh jadi tidak tampak tetapi kebenaran selalu tiba pada saatnya. Meski kita tutup serapat mungkin, kebenaran akan keluar melalui celah paling halus. Begitulah watak kebenaran. 

Disaat kemampuan untuk fokus pada suatu persoalan atau masalah menjadi lemah melebar dan mengaburkan maka pada saat dititik itulah kekuasaan yang lemah dibentengi dengan topeng topeng kesalehan yang indah. 

Didasari dengan kebencian dan kedangkalan nalar, kebenaran dikaburkan agar terlihat menjadi salah. Inilah salah satu bentuk nalar post-truth. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun