Mohon tunggu...
Dewi Sri Tunjungsari
Dewi Sri Tunjungsari Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Kompasiana bidang pendidikan, teknologi, dunia kreatif, dan ilmu pengobatan islam. Writer, Columnist, Buzzer, Founder mengintipnusantara and graduatedshop

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kesehatan Mental, Memahami "Maya" Dunia Maya

27 Februari 2022   13:32 Diperbarui: 28 Februari 2022   19:30 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Kurangnya interaksi sosial membatasi peluang otak untuk membuat koneksi yang lebih baik. (sumber: FREEPIK/RAWPIXEL.COM via kompas.com)

Suara roda mobil terdengar bising. Seorang wanita mengendarai mobilnya dengan gaduh, membunyikan klaksonnya tanpa henti dan tak menentu arah . Hingga akhirnya beberapa kali ia mengerem mobil mendadak . Dan "Boom" dia pun menabrak trotoar jalan. 

Kesadarannya pulih, beruntung dia tidak mati di dalam mobil, fisiknya pun selamat . Sekalipun Kerudungnya compang-camping. Rambutnya kemana mana. Dia tertidur di setir mobilnya kemudian terbangun "Dimana saya? Ya Tuhan.apa yang sudah ku lakukan"

Ya seperti itulah perumpamaan yg pernah ku lakukan dalam 3 tahun belakang. Mobil adalah diriku sendiri. Untunglah masih berada dalam jalur yg benar. 

Hidup saya tak semuanya mudah. Salah jika ada yang berkata hidup saya mudah. Saya harus mengalami trauma meningitis , trauma cinta pasca sakit dan sederet perjuangan lainnya yang akhirnya saya membuat pukulan "strike" ke segala arah. 

Alam bawah sadar saya , ketika saya jatuh maka saya harus sekolah, harus kerja lebih keras, harus membeli banyak buku pengembangan diri. Kemudian saya harus membuktikan itu. 

Dari mulai mengubah penampilan saya, sampai saya harus mengambil ponsel pintar saya untuk membangun kepercayaan diri. Karena saat itu, saya mengalami masa terberat.

Mungkin ini yang juga dirasakan orang lain. Merasakan bagaimana sulitnya mengendarai mobil yakni diibaratkan diri sendiri. Inilah yang membuat saya membuat artikel tentang dunia maya ini.

Sederet kata dikomentari "Pamer", "Hidup saya lebih mudah", "Sakit gitu aja kok semua pernah sakit". Seperti itulah sederet perkataan yang tidak sopan melukai manusia.

Ya sering Kita menganggap bahwa orang yang pamer kekayaan , kebahagiaan. Dia benar-benar bahagia.

Kita menganggap orang yang memamerkan kegiatan kebahagiaan, kebaikannya nya dengan riya. Padahal kita belum tahu bagaimana hati dan perasaannya. Seolah olah kita hakim atau malaikat untuk hidup mereka.

Sedangkan kita sebagai manusia, hoaks pun ditelan mentah-mentah.

Padahal semua itu orang lain, bahkan saya pun pernah merasakan, makan pakai garam, mie dengan saus atau cabe bubuk, atau telur rebus dengan kecap. Merasakan bagaimana air mata naik turun bergulir dalam hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun