Mohon tunggu...
Dewi Ratna
Dewi Ratna Mohon Tunggu... Editor - MAHASISWI UIN

MAHASISWI UINSU

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pesantren Membentuk Remaja Mandiri

20 Desember 2019   21:17 Diperbarui: 20 Desember 2019   22:26 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bagaimana hidup di pondok pesantren? Pertanyaan itu muncul dalam benak semua anak yang akan nyantri, sebagaimana yang kita ketahui remaja yang dipondokkan untuk belajar mengaji biasanya lebih mandiri dari anak anak seusianya yang memilih sekolah diluar pesantren, bagaimana tidak? terpisah dari kedua orang tua, belajar mengatur keuangan sendiri, teman teman untuk belajar, mencuci, dan segala kegiatan dari bangun tidur sampai tidur lagi dilakukan sendiri

Secara tidak langsung kegiatan di pesantrin membentuk karakter mandiri pada diri seorang anak yang belajar didalamnya.

Termasuk juga diriku. Hari itu hari Minggu,hari dimana ayah dan ibu akan mengantarkanku ke pondok pesantren dimana aku akan belajar untuk melanjutkan pendidikanku setelah lulus MTS. 

Jarak pondok pesantrenku hanya sekitar 2 sampai 3 jam dari rumahku, sesampai digerbang pesantren kusalami ayah dan ibuku, dengan berat hati kulangkahkan kaki menuju kamar santriwati baru, di gedung Ummul Mu'minin.

Aku memulai babak baru dalam hidupku. Seperti besi tumpul, aku diasah untuk menjadi lebih tajam, bangun jam 4 dini hari sudah menjadi rutinitasku di pesantren. Aku terbiasa bangun sebelum subuh dan tidur tidak terlalu larut malam. Hal inipula yang masih melekat pada diriku sampai saat ini. Selain itu, aku juga terbiasa untuk tidak memilih menu makanan, selagi makanan itu baik,maka akan kumakan.

Semua menu makanan yang disajikan harus dimakan tidak boleh dibuang,sebab aku pernah membaca didinding pondokku Almubazzirina ikwaani Assayaathin (mubazzir itu temanya saithan) , dan ada pula larangan makan dan minum berdiri,apalagi minum dengan tangan kiri, maka setiap aku akan minum dengan berdiri dan tangan kiri aku ingat pesan kakak seniorku dipondok " fainna syaithan yasyrobu bisyimaalihi" (sesungguhnya syaiton itu minum dengan yang kiri), hal -- hal kecil yang kupelajari dari pondok berpengaruh besar dalam kehidupanku saat ini, dari situ aku banyak mengambil hikmah dari setiap nasehat yang kuterima selama menjadi santriwati.

Selama empat tahun tinggal di pondok banyak hal yang kulalui, mau tidak mau aku harus pandai mengatur waktu antara organisasi dan sekolahku. Terutama saat ujian tiba, dikarnakan aku diamanahi menjadi bagian Keamanan dipondokku, menjadi Bagian Keamanan Pondokjuga tidak mudah, aku dituntut untuk selalu disiplin baik dari segi waktu maupun segala peraturan,karna pemimpin organisasi berarti suri tauladan bagi yang lainnya, hal ini membuatku terbiasa untuk selalu disiplin dan mematuhi peraturan, tentunya aku amat senang saat ini, sebab kebiasaan itu banyak menolongku saat melanjutkan pendidikan ku sebagai mahasiswa saat ini.

Dipondok ,bukan hanya peraturan tentang bagaimana hidup dipondok tetapi tentang bagaimana menjadi seseorang yang berguna bagi agama juga,contoh nya bangun pagi untuk mendirikan sholat tahajjud dalam hal ini akan timbul kesadaran santri untuk bangun lebih pagi dan membuat seorang santri tidak malas-malasan.

Akhirnya kurasa bahwa pendidikan di pesantren mampu mendidik remaja menjadi seorang yang mandiri, bertanggung jawab dan berjiwa pemimpin.Ketiga sikap tersebut merupakan sikap yang dibutuhkan bagi setiap manusia.Jika manusia memiliki ketiga sikap tersebut tentu ia akan menjadi manusia yang sukses, di dunia dan akhirat. Sebagaimana diketahui bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu agama dan mendidik akhlak secara bersamaan.Dengan demikian, santri akan mendapat pengetahuan dan skill yang menopang hidup di dunia. Selainitu, santri akan hidup sesuai dengan syariat Allah Tuhan Pemilik Semesta ini.

Disisi lain, mungkin orang-orang berpikir di pesantren itu hanya menuntut ilmu agama saja hanya akhirat saja yang diajari. Padahal tidak, dipondok juga diajarkan bagaimana hidup menjadi seorang pemimpin yang tidak lupa juga akan tugas sebagai seorang muslim yang juga mementingkan kehidupan akhirat dan lebih mementingkan kehidupan ahirat dari pada dunia. Sebagai contoh ketika ada kegiatan dipondok sesibuk dan sepenting  apapun acara tersebut,ketika waktu sholat tiba kami harus meninggalkannya dan melaksanakan sholat terlebih dahulu.

Inilah hal yang luar biasa yang aku rasakan ketika menjadi seorang santri, aku harus memimpin diriku juga agar tidak lupa akan tugas sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allah SWT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun