Mohon tunggu...
Coretan Embun
Coretan Embun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Random

Start writing, no matter what. The water does not flow until the faucet is turned on. —Louis L'Amour— Bragging Rights @ coretanembun2011.blogspot.com\r\n Wattpad : Coretan Embun

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Seni Menulis Fiksi Seperti Meracik Masakan

25 Januari 2023   08:02 Diperbarui: 25 Januari 2023   12:52 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis fiksi adalah minat saya. Ide dalam menulis fiksi--buat saya pribadi--bisa didapat di mana saja. Entah itu pada saat sedang di jalan, di pasar/swalayan, atau di mana-mana hatiku senang. Biasanya, ide itu akan muncul setiap saat, bila sudah muncul sebuah ide--langsung saya "keep " dalam pikiran--kemudian saya tulis dalam note.

Setelah ide didapat, selanjutnya akan saya kembangkan dalam bentuk tulisan. Namun, semua itu tidak cukup hanya menuangkan apa yang ada dalam pikiran begitu saja (secara mentah). Tetapi yang sering kali terjadi, pada saat saya sudah menyelesaikan sebuah tulisan--dalam hal ini cerita fiksi--ada kecenderungan untuk langsung mem-publish-nya begitu saja. Akibatnya tulisan yang saya buat menjadi tidak matang.

Hal ini kemudian ada hubungannya dengan respon pembaca. Tidak jarang ada pembaca, yang tidak bisa menangkap apa yang sedang saya ceritakan. Karena pembaca--menurut saya--juga bisa dikelompokkan dalam berbagai kriteria, seperti :

- Pembaca yang mengharapkan detil yang jelas dari cerita yang saya tulis. Misal : "Sepertinya perlu penjelasan dalam satu paragraf lagi, soalnya aku blunder bacanya..." (itu karena saya suka menggantung ending cerita, wkwk).

-Pembaca yang mengharapkan penulis tidak terlalu detil menjelaskan sebuah kisah. Misal : "Nggak perlu menceritakan panjang lebar, kita sebagai pembaca udah tau kok maksudnya..." (salah lagi, wkwkw).

- Pembaca yang menuntut cerita yang ditulis ada kelanjutannya. Misal : "Lanjutannya ada gaaa..." (kalo dibikin lanjutannya, ceritanya jadi tidak seru lagi menurut saya. Kriteria pembaca seperti ini yang selalu menuntut happy ending).

Baca juga: Bad Boy

- Pembaca yang oke oke saja dalam merespon tulisan kita, kemudian merespon tulisan itu dengan puji-pujian. Misal : "keren, mulus meluncur kalimat demi kalimat. Membawa pembaca seperti berada di sana dan ending yang "unbelieveable".

Dari semua kriteria pembaca tersebut, yang "berguna" buat saya pribadi, adalah pembaca yang bisa memberikan kritik membangun. Dan bukan hanya dengan memberikan puji-pujian. Walaupun dengan tidak mengurangi rasa hormat, saya tetap berterima kasih kepada pembaca yang mengapresiasi tulisan dengan pujian. Asalkan itu adalah sebuah pujian yang jujur, saya akan sangat senang sekaligus sebagai penyemangat dalam menyajikan sebuah tulisan.

Baca juga: Gadis Berbaju Merah

Kegagalan penulis dalam menuangkan sebuah tulisan berkaitan dengan respon pembaca. Seperti bila kita sedang memasak, harus pandai pandai meramu masakan supaya jadi lezat dan dapat diterima/digemari. Begitupun dengan tulisan, harus fresh dan mempunyai komposisi bumbu yang tepat. Jangan kebanyakan micin, supaya tidak membuat pembaca enek.

Tulisan ini saya buat karena ada beberapa tulisan fiksi (saya) yang "gagal" ditangkap oleh pembaca. Hal ini tentu saja menjadi pembelajaran buat saya. Menulis tidak semudah menyesap kopi dalam cangkir, pun tidak sesulit membuat nasi tumpeng. Tapi menulis itu membutuhkan sebuah seni dalam menuangkannya. Menulis juga membutuhkan proses belajar, terutama mengenal tanda baca dan eyd, plot dan pov (fiksi, artikel dll), dan banyak membaca sehingga paham literasi. Setidaknya hal ini merupakan proses bagi penulis yang sedang belajar menulis secara otodidak dan mengedit sendiri tulisannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun