Mohon tunggu...
Dewi Nuryanti
Dewi Nuryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Emak blogger

Emak blogger yang hobi traveling, makan dan belanja

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hari Gizi Nasional 2022, Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas

27 Januari 2022   10:47 Diperbarui: 27 Januari 2022   10:53 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tema Hari Gizi Nasional 2022, Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas (gambar diambil dari website Kemenkes RI)

Salah satu masalah kesehatan yang hingga kini dihadapi oleh Indonesia adalah stunting dan obesitas. Untuk mengatasi masalah stunting dan obesitas berbagai upaya dilakukan pemerintah, salah satunya dengan melakukan aksi bersama cegah stunting dan obesitas. Aksi bersama cegah stunting dan obesitas merupakan tema yang diangkat pemerintah dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional yang jatuh setiap tanggal 25 Januari.

Menurut WHO, Stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang kurang memadai. Anak-anak dikategorikan terhambat gizinya jika tinggi badan mereka terhadap usia lebih dari dua deviasi standar di bawah median standar pertumbuhan anak WHO. 

Worl Bank dan UNICEF menyatakan bahwa stunting menggambarkan kegagalan pertumbuhan yang terjadi dalam waktu lama dan berhubungan dengan penurunan kapasitas fisik dan psikis, penurunan pertumbuhan fisik dan pencapaian kecerdasan yang rendah (The World Bank, 2010, UNICEF). Stunting dapat dikatakan juga sebagai gagal tumbuh.

Sementara itu, Kemenkes RI menjelaskan bahwa stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kurang gizi kronis dan infeksi berulang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah ukuran yang seharusnya. 

Stunting pada anak bermula pada seribu hari pertama kehidupan akibat kekurangan asupan zat gizi. Artinya kekurangan asupan zat gizi tersebut terjadi dari masa konsepsi hingga anak tersebut berusia 2 tahun.

Stunting pada anak menyebabkan terganggunya perkembangan otak, metabolisme tubuh dan pertumbuhan fisik. Berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 24,4 persen. Angka ini masih jauh dari angka prevalensi yang ditargetkan dalam RPJMN 2020-2024, yakni 14 persen. Hingga saat ini Indonesia masih terus berupaya untuk mengatasi masalah stunting pada anak.

Perlu diingat bahwa stunting dan gizi buruk adalah dua hal yang berbeda. Gizi kurang atau gizi buruk adalah kondisi kekurangan asupan zat gizi yang terjadi dalam kurun waktu yang singkat. Anak yang mengalami gizi buruk atau gizi kurang, belum tentu mengalami stunting. 

Salah satu indikasi seorang anak mengalami gizi buruk adalah perutnya buncit, kulitnya kering, lemah di bawah kulit berkurang dan otot mengecil. Sedangkan stunting ditunjukkan oleh pertumbuhannya yang terlambat, tubuh lebih pendek dan kecil dan merupakan kondisi kekurangan asupan gizi dalam jangka panjang yaitu pada seribu hari pertama kehidupan (HPK).

Stunting bukan semata pada ukuran fisiknya saja yang pendek namun lebih pada konsep bahwa terjadi hambatan tumbang organ lainnya termasuk otak dan terjadi gangguan metabolisme pada tubuhnya. Anak yang mengalami stunting pasti pendek namun anak yang pendek belum tentu stunting (Achadi et al, 2020). 

Orangtua terutama ibu harus mengenali kondisi status gizi anak. Hal ini dapat dilihat dari kurva pertumbuhan tumbuh kembang anak yang terdapat pada buku KIA dan merupakan langkah awal untuk mengetahui apakah si anak mengalami gangguan pertumbuhan atau tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun