Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Melucu Tidak Harus Mencemooh

18 Januari 2018   07:46 Diperbarui: 18 Januari 2018   09:16 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para pembaca yang budiman, rekan-rekan sebangsa dan setanah air Indonesia, sungguh apa yang terucap dari mulut kita akan menunjukkan seperti apa kualitas diri kita, dan sungguh apa-apa yang terucap dari mulut kita akan diminta suatu pertanggung jawaban oleh-Nya. Oleh karena itu hati-hatilah dalam berbicara, bersikap, bertindak, terlebih lagi jika ditampilkan di muka umum.

Artikel ini ditujukan secara gamblang atas perhatian kepada kasus dua orang komika atau pelawak yang kini dipermasalahkan oleh sebagian masyarakat akibat dari konten lawakannya. Ada apa dengan materinya? Apakah tidak berkualitas sehingga mengecewakan banyak orang? Ya, bagi sebagian orang dianggap sangat tidak berkualitas. Mengapa demikian? Karena mencemooh terhadap suatu agama telah dibawa di dalamnya.

Terlebih lagi yang membuat situasi semakin panas adalah yang melucu memiliki keyakinan yang berbeda dengan agama yang dijadikan materi lucu-lucuannya. Terang saja hal ini menimbulkan kemarahan agama lain yang merasa "bercanda bukan begitu caranya". Semestinya sih masih banyak pengalaman-pengalaman hidup lainnya yang lebih baik untuk dijadikan materi lawakan.

Jika kita melecehkan suatu agama, membuat agama menjadi bahan bercandaan, melucu di sana-sini membawa-bawa agama dan bahkan Tuhan, merasa sukses begitu mendengar gemuruh tepuk tangan akibat candaannya, apakah kita lantas merasa tidak ada yang salah? Saya fikir agama apapun tidak ingin dijadikan bahan bercandaan.

Agama begitu sakral, agama adalah keyakinan yang merupakan urusan antara manusia dengan Tuhan. Lantas bagaimanakah cara berfikirnya jika hal yang amat sangat tinggi nilainya itu dijadikan bahan lucu-lucuan?

Apakah seseorang mendadak terlihat begitu pintar jika berhasil melucu dengan cara mempermainkan suatu keyakinan? Apakah seseorang menjadi terlihat begitu keren saat berhasil melucu dengan cara melecehkan kebesaran Tuhan?

Tentu siapa pun tidak ingin agamanya dijadikan bahan tertawaan. Dari hati yang paling dalam, tentu siapapun tidak ingin keyakinannya dijadikan bahan lucu-lucuan, dan apa pun yang terjadi di bumi ini tentu semuanya atas kehendak Tuhan. Kesenangan atau kesusahan adalah bentuk cobaan dari Tuhan. Termasuk juga terbentuknya alam semesta beserta jagat raya yang tiada batas ini adalah hasil ciptaan Tuhan.

(dnu, ditulis sambil nonton Dua Sisi di TV One, 17 Januari 2018, 21.55 WIB)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun