Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Rasa" Minang di Dua Kepala Negara Singapura

10 November 2017   11:57 Diperbarui: 10 November 2017   12:02 1580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Urang awak khusunya dan bangsa Indonesia pada umumnya patut berbangga hati, karena terdapat "rasa" Minang dalam dua diri kepala negara tetangga Indonesia, yaitu Singapura. Siapa sangka ternyata Presiden negara yang identik dengan patung singa tersebut pernah dan tengah dipimpin oleh seorang keturunan minangkabau dan juga seseorang yang masih ada kaitannya dengan ranah minang walau sedikit saja. "Rasa" Minang ini terdapat dalam diri Presiden pertama dan ke delapan Singapura. Mengapa dikatakan "rasa"? karena nuansa Minangkabau lekat dengan diri mereka berdua.

Tahukah para pembaca yang baik hatinya bahwa Presiden pertama Singapura merupakan keturunan Minangkabau dari garis ayah? Adalah Yusof Ishak seorang laki-laki kelahiran Malaysia yang telah meninggal di Singapura pada tahun 1970, pernah menduduki posisi sebagai orang nomor satu di Singapura. Yusof Ishak yang merupakan putra dari Ibu asli Melayu dan Ayah asli Minangkabau adalah anak sulung dari sembilan bersaudara. 

Yusof Ishak mulai memimpin Singapura sejak dilantik memegang jabatan tersebut pada 3 Desember 1959 sampai dengan tahun 1970 ketika Yusof meninggal dunia. Yusof dilantik sebagai kepala negara Singapura yang sebelumnya disebut dengan Yang di-Pertuan Negara. Yusof Ishak adalah warga negara Singapura yang pertama kali menduduki jabatan tertinggi negara itu. Selanjutnya penyebutan kepala negara tersebut berubah pada 9 Agustus 1965, ketika Singapura keluar dari Federasi Malaysia dan merdeka, lalu statusnya berubah menjadi presiden untuk sebuah negara kepulauan. Sampai dengan saat ini hanya Yusof Ishak yang menjadi presiden Singapura keturunan Minangkabau.

"Rasa" Minang berikutnya yang juga terdapat dalam diri Presiden Singapura tahun 2017 ini yakni adala dalam kisah hidup Halimah Yacob, seorang presiden perempuan pertama di negara yang terkenal dengan jalan orchardnya itu. Halimah bukanlah keturunan Minangkabau, karena ia lahir dari seorang Ibu dan Ayah yang berdarah Malaysia serta India. Namun Halimah yang juga merupakan presiden muslim pertama di Singapura ini, ternyata sebagian dari masa kanak-kanaknya diisi dengan membantu ibunya berjualan nasi padang, sebuah masakan khas urang awak. Ya, di sinilah letak "rasa" Minang yang saya maksud.

Halimah yang terlahir di Queen Street ini adalah bungsu dari lima bersaudara. Ayah Halimah telah meninggal dunia pada tahun 1962, di mana sebelumnya sang ayah berprofesi sebagai penjaga keamanan. Dengan demikian tugas mencari nafkah untuk keluarga digantikan oleh sang Ibu dengan berjualan nasi padang menggunakan gerobak dorong di sekitar jalan Shenton. Ketika itu Halimah baru berusia 8 tahun namun ia telah setia membantu ibunya berjualan.

Wanita yang kini menjabat sebagai Presiden Singapura pernah bersekolah di Singapore Chinese Girls School dan menjadi salah satu murid keturunan Melayu. Selanjutnya Halimah menempuh pendidikan di perguruan tinggi Singapura dengan mengambil jurusan hukum.

Masyarakat Sumatera Barat boleh berbangga hati karena terdapat seorang pria berdarah Minang telah mampu berjaya di Singapura beberapa tahun silam. Tidak hanya itu, hasil dari berjualan nasi padang yang juga merupakan masakan khas Minangkabau ini sedikit banyak telah mengantarkan seorang wanita muslimah untuk dapat menempuh pendidikan dengan baik dan mengembangkan diri dalam kehidupannya, di mana kini berkat kepandaiannya ia berhasil menjadi orang nomor satu di Singapura.

Dua "rasa" Minang telah ada di Singapura. Lantas "rasa Indonesia" apa lagi yang dapat kita tebarkan ke seluruh penjuru negeri? Apapun itu, menebarkan sesuatu yang menurut kita biasa saja, bukan tidak mungkin akan menjadi sesuatu luar biasa bagi yang lainnya. So, jangan berhenti meninggalkan kesan-kesan yang baik dalam setiap aktifitas kita ya!

Artikel disarikan dari berbagai sumber : inotesweb.com, merdeka.com

(dnu, ditulis oleh Uni Betawi sambil mikirin Rina Nose, 10 November 2017, 11.38 WIB)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun