Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Usulan Materi Penanganan Anak dalam Sertifikasi Guru

23 September 2015   09:50 Diperbarui: 23 September 2015   09:57 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tewasnya bocah Sekolah Dasar (SD) karena berkelahi dengan temannya yang terjadi di sebuah SD bilangan Jakarta Selatan telah menggegerkan berbagai kalangan pendidik dan orang tua. Berbagai pihak menyayangkan hal tersebut sampai terjadi. Terlebih lagi kejadiannya adalah di lingkungan sekolah yang notabene sekolah ada tempat yang seharusnya menjadi zona nyaman bagi seorang anak.

Selain itu keberadaan jajaran guru dan perangkat sekolah lainnya sudah sepatutnya menjadi payung pelindung bagi seluruh anak-anak yang ada didalamnya. Namun mengapa hal tersebut bisa terjadi? Apakah perangkat sekolah lalai mengawasi kegiatan murid-muridnya? Atau kurangnya peran orang tua dalam mendidik perilaku anak di rumah? Atau ada hal lain?

 

Dalam diskusi malam lalu (21/9) di Kompasiana TV, sebagai salah satu hangouter, saya menyampaikan masukan atau usulan kepada Pak James selaku staff ahli Kemendikbud yang saat itu hadir sebagai salah satu narasumber.

Saya menyampaikan apakah memungkinkan jika dalam materi sertifikasi guru dimuat juga masalah penanganan anak, sehingga seorang guru yang telah tersertifikasi akan memiliki sense yang lebih baik terhadap anak muridnya. Selian itu guru juga bisa lebih peka terhadap hal-hal apa saja yang terjadi pada anak didiknya tersebut, sehingga jika sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di sekolah maka seorang guru telah memahami apa saja yang harus ia lakukan sebagai upaya penanganan.

Dikatakan oleh Pak James, bahwa hal tersebut sebenarnya sudah lama diusulkan untuk ada dalam proses sertifikasi guru. Namun memang nasih terjadi pro kontra terkait hal ini. Demikian pula usulan tersebut diamini oleh Ibu Rita selaku perwakilan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang hadir malam itu. Beliau juga menyetujui agar seorang guru memiliki kepedulian yang lebih baik lagi pada seluruh anak didiknya.

Masih menurut Ibu Rita, saat ini banyak orang tua yang kurang peduli dengan kegiatan anak di sekolah. Contohnya jika anak pulang sekolah kebanyakan orang tua hanya bertanya “bagaimana sekolahnya hari ini, nilainya berapa dan ada PR atau tidak” itu saja.

Seharusnya ada kepedulian yang lebih lagi dari para orang tua, misalnya menanyakan “apakah ada teman yang nakal, hari ini main dengan siapa, bermain apa, senang atau tidak sekolahnya, dll”.

Hal ini sependapat dengan Ibu Sany selaku psikolog yang juga sebagai salah satu dari empat narasumber, mengatakan bahwa dibutuhkan suatu sinergi yang kuat antara guru dan orang tua dalam mendidik anak. Karena dari dukungan kedua belah pihak tersebutlah anak dapat benar-benar terlindungi dengan maksimal.

 

Pelaku seni Sys NS yang malam itu juga hadir sebagai nara sumber memiliki pandangan yang berbeda. Terjadinya hal-hal yang tidak diiginkan di sekolah bahkan hingga ada anak murid yang tewas, yang patut bertanggung jawab salah satunya adalah negara. Karena negara belum sepenuhnya memonitor kegiatan belajar mengajar di sekolah, belum adanya monitoring berkala dan pengarahan langsung kepada perangkat sekolah terkait penanganan anak didik.

Sudah sepatutnya ekolah memang menjadi salah satu zona nyaman bagi anak, selain itu para pendidik yang ada di sekolah juga diharapkan mampu menjadi orang tua ke dua saat anak berada di sekolah.

Keberlangsungan pendidikan anak memang tidak hanya bisa diserahkan sepenuhnya kepada pihak sekolah. Perlu ada sinergi dari pihak keluarga dan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Bagaimana Kemendikbud membentuk budaya sosial yang baik dimasyarakat maka akan sangat berpengaruh pada tingkah laku dan tumbuh kembang seorang anak.

Nomor satu memang berangkat dari pendidikan yang ditanamkan para orang tua dari dalam keluarga, namun peran penting masyarakat, sekolah dan pemerintah juga menjadi perihal yang tidak dapat dipisahkan.

(dnu, ditulis dengan hampa tanpa asa dan rasa... entah apakah ini efek dari tangal tua atau bagaimana... tapi ya bisa saja... hahaha...., 22 September 2015, 21.23 WIB)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun