Mohon tunggu...
dewi mayaratih
dewi mayaratih Mohon Tunggu... Konsultan - konsultan

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hindari Prespektif Berbeda Soal Kebangsaan

15 Agustus 2022   10:35 Diperbarui: 15 Agustus 2022   10:37 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak awal bulan Agustus, kita diminta untuk mengibarkan bendera merah putih. Sepanjang jalan, kita juga mendapati umbul-umbul bernuansa merah putih. Tak kalah menarik adalah banyaknya lomba membuat gapura di RT RW dan masyarakat membuatnya dengan sangat menarik.

Bulan ini juga masa panen anak-anak mendapat hadiah (selain waktu Idul Fitri) . Karena banyak sekali lomba diadakan di sekitar. Tiap kampung (RW) mengadakan lomba, sekolah juga mengadakan lomba. Ada lomba balap karung, ada lomba memanjat pinang, ada lomba membawa balon di baki, dan lainnya, yag tentu saja menyenangkan bagi anak-anak begitu juga hadiah yang akan mereka peroleh jika memenangi perlombaan itu.

Di tingkat kecamatan dan kabupaten juga seperti itu. Lomba karnaval, lomba gerak jalan, lomba sepeda hias, atau besak hias dan sebagainya. Lomba-lomba itu menawarkan hadiah yang mungkin tidak mahal tetapi pasti suasana yang kita rasakan akan menggembirakan hati kita.

Tapi di kampung saya, saya temukan satu dua keluarga yang sama sekali tidak menghiraukan itu.  Rumah mereka tidak dikibarkan bendera merah putih, mereka juga tidak mau bersinergi dengan lingkungan untuk membersihkan lingkungan guna menyambut hari kemerdekaan. Mereka melarang anak-anaknya untuk berpartisipasi pada semua lomba yang diadakan di kampung dan sekolah. Singkat kata mereka menjauhkan diri dari berbagai aktivitas kemasyarakatan.

Ketika ketua RW di tempat saya berusaha melakukan pendekatan, ternyata mereka  punya prespektif berbeda soal negara dan kebangsaan.  Karena melihat negara dan kebangsaan dengan berbeda, maka mereka melihat lingkungan sekitar dengan berbeda pula. Mereka tidak merasa perlu untuk mengibarkan bendera merah putih, hafal Pancasila dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bahkan saya mendengar di sekolah, anaknya dilarang ikut upacara bendera.

Saya melihat anaknya memang terlihat tidak Bahagia. Dia dilarang ikut bermacam lomba yang diikuti oleh anak sebayanya, karena prespektif orangtuanya itu. Anaknya juga jarang bermain di luar dengan teman sebayanya. Tentu ini menyedihkan dan akan berpengaruh pada anaknya juga.

Faham-faham transnasional yang membawa bibit-bibit intoleransi dan pada akhirnya membawa pengaruh radikalisme memang sering dimulai dengan hal-hal seperti itu. Seseorang bahkan satu keluarga bahkan tidak sadar bahwa mereka memijak bumi di wilayah negara Indonesia dan menganggap pihak lain (yang tidak sefaham) sebagai kafir. Tentu saja ini pemikiran sempit yang tidak berguna. Jadi, tinggalkanlah.

Marilah kita membangun bersama dengan semangat kemerdekaan hasil jerih payah pahlawan. Kita hargai bersama apa yang diperjuangkan pada masa lalu dengan upaya yang positif dan berusaha untuk selalu harmoni dengan berbagai pihak. Jauhi faham transnasional yang kerap dibawa atas nama agama dengan masa depan generasi muda yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun