" Ck... Ck... Ck... Lagi ngerjain PR atau melamun nih ! " suara yang tak asing lagi di telinga Fanny mengganggu konsentrasi Fanny yang benar-benar tercurah penuh pada hitungan dan angka-angka di depannya.
" Ma... Mama... Mas Fredy nih, Ma, nggangguin Fanny terus ! " teriak Fanny pada mamanya. Biasanya, mama akan segera menghampiri kamar Fanny dan menjewer telinga Fredy sampai Fredy meringis-ringis dan segera hengkang dari kamar Fanny. Tapi, kali ini Fredy nggak takut lagi. Dia meringis-ringis bukan karena dijewer mama... Soalnya mama juga nggak segera muncul di kamar Fanny.
" Olala... Pasti ada yang nggak beres. Kemana mama, ya ? " Fanny berharap-harap cemas sambil berulangkali menatap pintu kamar dan kakaknya bergantian.
" Teriak aja yang keras Tuan Putri, Ibunda tak akan mendengar teriakanmu yang sekeras apapun ! " ejek mas Fredy.
Benar dugaan Fanny, mama pasti pergi dengan papa. O iya ya, hampir saja Fanny lupa, bukankah malam ini mama dan papa mendapat undangan pernikahan dari Tante Endah dan Om Frans, teman sekantor papa. Kalau sudah begini, Fanny lebih memilih diam saja daripada meladeni kakaknya.
" Ho... ho... ho... Kok diam saja Tuan Putri ? Teriaklah sekeras-kerasnya. Sampai bumi runtuh, takkan ada yang menjewer aku !!! " tantang Fredy.
Fanny diam saja membiarkan Fredy terus mengusilinya. Kalau diladeni, si Fredy malah lebih gencar menjahilinya, dan Fanny tahu itu. Mangkanya Fanny lebih memilih untuk menekuni angka-angka di hadapannya. Lebih berguna dan penting 'kan ?! Sampai akhirnya Fredy capek sendiri dan merebahkan badannya di kasur Fanny.
"Sukurin... Akhirnya kamu capek juga, " bisik Fanny dalam hati.
" Lho Fan... Kamu suka kasetnya Stinky, ya ?? " tanya Fredy heran ketika mengaduk-aduk tempat kaset di sudut kasur Fanny.
" Ada apa, Mas ? "