Mohon tunggu...
Dewi Leyly
Dewi Leyly Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - ASN

Life is a journey of hopes.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bergulat Kata, Mengungkap Rasa: Sebuah Refleksi Sepenggal Perjalanan Menulis di Kompasiana

22 September 2019   18:22 Diperbarui: 22 September 2019   18:48 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampai akhirnya, saya bertemu dengan orang-orang yang kembali menggugah semangat saya untuk berkarya lagi dalam menulis.

Saya sempat bercerita kepada seseorang, bahwa saya ini lebih suka menuliskan ide-ide saya dalam bentuk tulisan ketimbang berbicara secara langsung, karena saya tak pandai bicara.

Dan ketika saya, dengan "tidak pede" (alias tidak percaya diri) menunjukkan beberapa tulisan saya kepadanya, ia mengapresiasi, "Sayang kalau tulisan-tulisan ini berceceran. Kenapa tidak dikumpulkan, atau mungkin dibukukan ?"

Apresiasi yang diberikan ini, sungguh membuat hati saya berbunga-bunga dan memacu adrenalin untuk menuliskan tulisan-tulisan yang saat itu kebanyakan berupa puisi-puisi. Puisi-puisi itu sebagian kecil saya simpan di media sosial Facebook, dan sebagian besar saya tulis di dalam buku. Mimpi saya ingin membukukan puisi-puisi tersebut. Tapi saat ini, paling tidak saya membukukannya dalam buku. Hehehe... (maksa banget sih, kesannya ?!)

Dan suatu ketika, saya bertemu dengan seorang kawan lama, namanya Ari Budiyanti. Ia adik kelas saya semasa kuliah di Surabaya dulu. Meskipun kami berbeda jurusan kuliah, namun kami memiliki satu hobi yang sama, yaitu menulis puisi.

Pertemuan kami bermula lewat media sosial yaitu Facebook, hingga berlanjut beberapa kali kontak via SMS / WA. Entah sudah berapa lama kami tidak bertemu secara langsung, namun kalau sudah membahas puisi, rasanya nyambung aja. Seperti sedang bertatap muka.

Di akhir tahun 2018, tepatnya di awal bulan Desember 2018, Ari Budiyanti mengajak saya untuk bergabung di Kompasiana. Sebuah media menulis yang baru bagi saya.

Awalnya saya tidak tertarik untuk ikut bergabung, karena mendengar namanya saja, bayangan saya tentu tulisan-tulisan di sana "kelas berat" semuanya. Namun, akhirnya Ari berhasil meyakinkan saya, bahwa menulis puisi saja pun juga ada wadahnya di Kompasiana. Dan demikianlah, 3 Desember 2018 saya resmi bergabung di Kompasiana dan mengirimkan puisi perdana saya yang berjudul "Serenade".

Sampai dengan saat ini, di bulan September 2019, genap 10 bulan saya bergabung di Kompasiana. Pasang surut terjadi selama 10 (sepuluh) bulan perjalanan menulis saya di Kompasiana.

Pada awalnya, saya sangat rajin memposting tulisan-tulisan di Kompasiana. Di bulan Desember 2018, tercatat ada 27 karya puisi saya yang mewarnai Kompasiana. Itu berarti, setiap hari saya berhasil mendisiplinkan diri untuk menghadirkan 1 karya puisi saya di Kompasiana.

Di bulan-bulan berikutnya, perjalanan menulis saya mengalami pasang surut. Di bulan Januari 2019, jumlah karya puisi yang hadir di Kompasiana turun menjadi 18 puisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun