Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Saya Berhaji : Ya ... Nabi Salam 'Alaika ...

8 Oktober 2011   06:03 Diperbarui: 29 Oktober 2020   06:05 2638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua kali aku berada di raudah ‘taman surga’, seperti ucap Nabi SAW : “Antara kamarku dan mimbarku adalah taman (raudah) dari taman-taman surga. Dan mimbarku di atas kolam.” (Shahih Bukhari no. 1888). Alhamdulillah aku dapat shalat dua rakaat dengan tenang dan nyaman. Pada kesempatan lain aku berkeliling masjid sampai makam Rasulullah SAW. Kubah hijau menandai rumah Aisyah ra yang kini menjadi makam, di sanalah Muhammad SAW wafat dan dikuburkan. Betapa sederhana dan bersahaja kehidupan beliau, namun betapa tinggi kecintaan beliau kepada umatnya. “Umati … umati … umati …” begitulah pesan terakhir Rasulullah SAW menjelang wafatnya. 

Airmata ini tak terasa deras mengalir membasahi pipi. Aku, Dewi Laily Purnamasari di pelataran Masjid Nabawi Madinah. Sesaat sebelum menunaikan ibadah shalat berjamaah dan berkunjung ke Raudah. Alhamdulillah ... “Ya Nabi salam ‘alaika, ya Rasul salam … salam ‘alaika, ya Habib salam ‘alaika, shalawattullah ‘alaika …” Shalawat dan salam kepada kekasih Allah SWT menjadi tali penghubung antara umatnya dengan Nabi SAW yang mulia. Masjid Nabawi adalah saksi sejarah perjuangan Rasulullah SAW menyebarkan agama Islam sampai ke seluruh penjuru dunia. Cahaya terang benderang pembuka kegelapan telah Allah SWT tetapkan dari Masjid Nabawi. Bukankah Muhammad SAW tetap ada di Madinah sejak hijrah hingga wafatnya ? Artinya Allah SWT telah mengabulkan do’a beliau, untuk menjadikan Madinah (khususnya Masjid Nabawi) seperti dalam do’a Rasulullah SAW yang terkenal : “Ya Allah … berikanlah kecintaan kami kepada Madinah, sebagaimana Engkau berikan kecintaan kepada Makkah, atau lebih dari itu. Dan bersihkanlah ia serta berkatilah kepada kami dalam makanan dan bekalnya, dan gantilah wabah penyakitnya dengan juhfah.” (Shahih Bukhari no. 1889). 

Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam, pengalaman spiritual yang luar biasa aku dapatkan ketika ziarah ke Madinah. Jejak Muhammad SAW nyata ada di sana. Perjuangan dakwah Islamiyah, ketegaran hati, kepemimpinan, akhlak mulia, persahabatan dalam iman dan islam, bahkan kecintaan beliau kepada umatnya terpancar dari Madinah. Hal menarik ketika berada di Masjid Nabawi adalah menyelami kehidupan Nabi SAW bersama keluarganya. Ternyata rumah Rasulullah SAW sangatlah sederhana dan kehidupan sehari-harinya sangat bersahaja. Ukuran rumah beliau tak lebih dari 5 x 4 m2 dan halaman belakang 5 x 3,5 m2. Atapnya dari pelepah kurma, dindingnya dari batu bata tahan api, lantainya tanah. Subhanallah … luar biasa. Bukan istana pualam atau hiasan emas dan perak yang dinikmati Rasulullah SAW bersama keluarganya. Sanggupkan kita meneladani kehidupannya yang demikian ? Sanggupkan kita tidak mengeluh dan berputus asa ketika menemui kesulitan hidup ? 

Aku merasakan sentuhan yang sangat mengharukan ketika shalat di Masjid Nabawi. Terbayang bagaimana Rasulullah SAW menjadi imam, para sahabat (Abu Bakar as Shiddiq, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Hamzah sayyid al syuhada, Salman al Farizi, Abbas ibn Abdul Muthalib, Al Hakam ibn Sa’id, Ubay ibn Ka’ab, Zaid ibn Haritsah, Mu’awiyah ibn Abi Sufyan, Zaid ibn Tsabit, Abu Lubabah. Begitu juga serasa ada para ummul mu’minin (kecuali Khadijah binti Khuwailid yang telah wafat) Saudah binti Zam’ah, Aisyah binti Abu Bakar, Zainab binti Huzaimah, Juwairiyah binti Haris, Sofiyah binti Hay bin Akhtab, Hindun binti Abi Umaiyah, Ramlah binti Abu Sufyan, Hafsah binti Umar bin Khatab, Zainab binti Jahsy, Maimunah binti Haris. 

Ya … terasa di hati ini suasana syahdu saat putri-putri beliau hadir di sini Zainab, Ruqayyah, Ummu Kalsum, dan Fatimah. Subhanallah … mereka adalah pejuang sejati, penegak kalimat tauhid, rela berkorban harta, raga, bahkan jiwa. Bila salah mohon dimaafkan Ya Allah … Aku memperoleh kesan mendalam tentang Nabi SAW. Kitab Syama’il an Nubuwwah karya Abu Isa at Tirmizi menggambarkan sosok manusia yang paling baik budi pekertinya. Teladan Rasulullah SAW tercermin dalam kebaikan rohani, kemuliaan jiwa, kesucian hati, keserhanaan tingkah laku, kebersihan, dan kehalusan rasa. Sifatnya lemah lembut tapi kesatria, ramah tetapi serius, dan otaknya cerdas. Alam pikirannya luas sehingga mampu mempengaruhi baik kepada orang pandai maupun orang yang tidak berpengetahuan. Senyumnya memikat, sabar terhadap bawahan, rela menjenguk orang sakit sekalipun memusuhinya, memenuhi undangan orang miskin sekalipun. Tak segan menjahit sendiri pakaiannya, memerah susu kambing, dan menolong pekerjaan rumah. Muhammad SAW menyayangi orang miskin, mencintai anak-anak, dan menghormati perempuan. 

Hikmah yang ku dari perjalanan ziarah ini tak lepas dari kekuasaan  Allah SWT. Perintah-Nya kepada manusia agar mengadakan perlawatan di muka bumi untuk membuktikan kekuasaan Allah SWT : “Dan apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu melihat bagaimana kesudahan orang orang-orang yang sebelum mereka,  sedangkan orang-orang itu adalah lebih besar kekuatannya dari mereka ? Dan tidak ada sesuatupun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa,” (QS. Faathir 35 : 44). Baca juga : http://hiburan.kompasiana.com/humor/2011/10/07/disangka-abg-nyasar-di-masjidil-haram-hikmah-haji/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun