Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Korupsi adalah Candu

9 Desember 2020   16:29 Diperbarui: 9 Desember 2020   16:30 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari Antikorupsi se-dunia lahir tahun 2003. Aku dan beberapa teman menulis sebuah buku pada tiga tahun setelah PBB menetapkan tanggal 9 Desember sebagai hari peringatan bagi kita agar sadar bahwa korupsi dapat merusak pembangunan sosial dan ekonomi di semua masyarakat di seluruh dunia.

Korupsi telah menjadi candu yang sekali isap maka akan terus menerus melakukan praktik kotor tanpa kapok. Meskipun rakyat terlantar di pinggir-pinggir jalan, di kolong-kolong jembatan, di rumah-rumah kardus, di bawah reklame, lampu merah dan lain-lainnya. 

Gaung reformasi dan revolusi mental yang diharapkan mampu meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan rakyat tersapu watak picik kaum elit. Otonomi daerah sebagai upaya pemberdayaan rakyat di daerah kentir hanyalah sebuang dongeng anak-anak menjelang tidur. Ketika rakyat terlelap, badik penguasa menikam dan mencabik-cabik harapan bangsa.

Sehingga banyak masyarakat mengalami depresi karena tidak kuat menanggung limbah elit daerah yang berperilaku bak raja-raja kecil. Korupsi dari elit pusat hingga daerah menjadi bukti nyata. Akhir tahun ini saja KPK mencocok dua menteri dan dua kepala daerah.

Pilkada serentak hari ini. Entah disengaja atau tidak, jatuh pada hari Antikorupsi se-dunia. Seharusnya bila disadari jadikan momentum ini sebagai batu pijakan -pondasi untuk penyelenggaraan pemerintah daerah yang lebih transparan, akuntabel, kredibel, berpihak kepada rakyat, adil dan jujur.

Ironinya di daerah korupsi juga merajalela. Korupsi di Indonesia menyebar dari ujung Barat hingga Timur, dari Utara ke Selatan. Ada saja ... Bagai kentut busuk. Semua orang bisa menciumnya tapi kadang belum ketemu siapa biang keladinya. Bisa jadi ini karena persoalan pendidikan dan budaya yang sepertinya mendukung. Kita, terbiasa dengan budaya 'beri - memberi' jika berhubungan dengan pelayanan publik dan kekuasaan.

Banyak orang bilang korupsi di Indonesia sudah hampir menjadi budaya. Dengan berbagai nama dan modus yang cukup kreatif. Mulai dari hadiah, hibah, komisi, uang lelah, uang dengar, uang terimakasih, hadiah lebaran, voucher belanja, kado akhir tahun, tiket pelesiran, hadiah ulangtahun, dan parcel-parcel dalam berbagai momen. 

Sekalipun banyak orang merasakan bahaya sosial dari korupsi, tapi malah tumbuh subur. Mengapa ?! Bisa jadi karena pemerintahan masih diisi elit yang berpikir feodal dan otoriter. Atau tidak memperoleh kontrol yang ketat.

Bersyukurlah ada KPK. Ada OTT -operasi tangkap tangan. Berharap semoga penegakan hukum berjalan dengan adil. Hukuman yang diberikan sesuai dengan tingkat kejahatan yang dilakukan dan dampaknya bagi rakyat. 

Salam semangat antikorupsi.

Semoga Allah Yang Maha Melihat lagi Maha Mendengar menyelamatkan bangsa dan negara ini. Aamiin ...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun