Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Mei in Memori: (Koruptor Dilarang Baca Artikel Ini!)

23 Mei 2011   14:21 Diperbarui: 8 Desember 2020   14:59 1909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Anak pertamaku berkata padaku tadi pagi : "Koruptor ?!  Ah ...  sebut saja mereka itu perampok, maling, atau penjahat. Biar malu dan kapok, gitu loh!" Saat itu aku sedang membaca koran tentang kasus korupsi.Aku jadi teringat poster dan puisinya tentang korupsi yang aku 'posting' sebagai pelengkap tulisan Cara Asyik Melahirkan 'Kutu Buku' : (Telah Lahir 3 Kutu Buku di Rumahku). 

Nah ... kali ini aku tampilkan lagi poster dan puisinya dalam konteks melengkapi topik Korupsi. Menurut pendapatku : orde baru atau orde reformasi, atau orde-orde apapun itu, akan saja ada segelintir orang yang melakukan kedzaliman ini. Entah ... apa agamanya ? Partai politiknya ? Pekerjaannya ? Suku atau daerah kelahirannya ? Korupsi bisa dilakukan siapa saja! 

Poster antikorupsi, karya Ibrahim Rasyid Ridho Rusydi (saat usia 13 tahun)
Poster antikorupsi, karya Ibrahim Rasyid Ridho Rusydi (saat usia 13 tahun)
 

Poster karya Ibrahim Rasyid Ridho Rusydi, anak pertamaku saat berusia 13 tahun.  Dia mempersepsikan koruptor sebagai tikus yang memakan uang (he3 ... bukannya tikus makan keju yah ?!) Lalu, polisi dan KPK  'hanya' berperan sebagai buaya dan cicak yang meneropong dari jauh saja (kenapa buaya ? darat atau sungai yah ? juga mengapa cicak ? he3 ... mungkin dia baca juga koran tentang perseteruan buaya dan cicak tempo hari). 

Di bagian bawah tikus yang gemuk itu ada rangkaian tulisan rakyat dan kata 'bencana' (sepertinya rakyat sengsara tertimpa bencana, namun tikus tetap rakus memangsa uang yang sebenarnya bukan makannya hiiiksss ...). 

Bait-bait puisi karya Ibrahim Rasyid Ridho Rusydi memberikan semangat: sudah seharusnya gerakan anti korupsi menjadi tekad kita orangtua, juga guru dan para pemimpin bangsa. Agar kelak generasi masa depan tak lagi tergiur melakukan korupsi. Seperti janji dalam bait terakhir puisi ini : 'Aku janji sampai mati tak akan korupsi; Agar masa depan kami lebih baik dari saat ini'.

Puisi karya Ibrahim Rasyid Ridho Rusydi telah dibacakan pada acara bedah buku 'Bukan Kota Wali' yang ditulis oleh Dewi Laily Purnamasari
Puisi karya Ibrahim Rasyid Ridho Rusydi telah dibacakan pada acara bedah buku 'Bukan Kota Wali' yang ditulis oleh Dewi Laily Purnamasari
 

Puisi ini telah dibacakan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pesantren Babakan Kabupaten Cirebon bersama bedah buku 'Bukan Kota Wali : Relasi Rakyat Negara dalam Kebijakan Pemerintah Kota' karya Dewi Laily Purnamasari bersama Faqihuddin Abdul Kodir, Ipah Jahrotunnasipah, dan Obeng Nur Rosyid. 

Bila teman-teman berkenan silahkan klik kompasiana.com/dewilailypurnamasari lalu temukan beberapa artikel terkait korupsi, diantaranya :

1. Aku di Ancam Penjara : 'Tulislah Kebenaran' (Pengalaman Menulis Buku)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun