Mohon tunggu...
Dewi Kusumawati
Dewi Kusumawati Mohon Tunggu... Guru - IPA

Berharap rahmat Allah SWT

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Belajar Budaya dari Negara Tetangga

18 Oktober 2019   12:50 Diperbarui: 18 Oktober 2019   12:55 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Saat saya melihat acara televisi baik TV swasta maupun TVRI, sering saya melihat suguhan acara tentang negara-negara tetangga di dunia ini. Semuanya menarik, hingga membuat saya ingin berkunjung ke negara-negara tersebut.

Berlatar belakang itulah saya bersama suami mencoba mencari informasi tentang negara-negara tersebut. Kami juga mencari travel tour yang cocok dengan kondisi keuangan kami. Sebelumnya, kami memang pernah berkunjung ke Negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan Brunei. Untuk empat negara-negara tersebut kami meang pergi bersama keluarga yang lain, tanpa menggunakan travel tour. Tapi untuk negara berikutnya, dimana kami berniat ke Jepang, kami putuskan untuk menggunakan bantuan jasa travel tour.

Setelah bertanya kepada beberapa orang teman, juga melihat dari internet, kami putuskan untuk menggunakan jasa Sakurakita, meski saat itu Sakurakita bukan travel tour, melainkan "back packer". Kami bersyukur sebab biaya yang disampaikan pihak Sakurakita, masih terjangkau untuk kantong kami, yaitu Rp 17.000.000 untuk satu orang selama 6 hari.Kami ambil tanggal 26 - 31 Desember 2018. Saat itu Jepang sedang musim dingin.

Kami mulai mengurus keperluan yang harus dilengkapi seperti visa ke Jepang, melalui Sakurakita. Alhamdulillaah, kami mendapatkannya. Kami juga tukar uang rupiah ke Yen, saat itu kurs 1 Yen = Rp 120,9. Selain itu kami juga persiapkan baju dan perlengkapan musim dingin, yang kami beli di Mangga Dua (Pasar pagi). Harganya cukup lumayan, sekitar Rp 5.000.000 kami sudah mendapatkan jacket musim dingin 5C, sweater, longjon, sepatu, kaus kaki, sarung tangan, penutup telinga, slayer.

Kami berangkat melalui Bali transit 4 jam, kemudian terbang ke Osaka, Jepang. Alhamdulillaah, kami sampai di Osaka dengan selamat, disambut dengan angin yang sangat dingin dan menusuk tubuh. Sebenarnya tujuan kami berkunjung ke Jepang adalah ingin bersilaturrahim dengan kaum muslimin di sana. Ternyata kami memang diizinkan oleh Allah untuk bertemu dengan muslimin yang ada di Jepang, dan ternyata mereka orang Indonesia yang bekerja di sana. Kami bertemu di Gunung Fuji dan bertanya banyak hal tentang makanan halal di Tokyo. Alhamdulillaah, ini sangat membantu kami makan di Tokyo.

Saat kami di Osaka, kami berkunjung ke Namba suatu area perbelanjaan, jembatan Dontori, iconnya kota Osaka untuk foto-foto. Setelah itu, kami menuju Tokyo. Kami mengunjungi Disney Sea, Kuil Meiji, kuil tempat didedikasikannya roh-roh dewa dari Kaisar Meiji dan isterinya dan belanja di Sansoji Temple. Ini kegiatan yang kami suka, tapi harga barang-barangnya cukup mahal. Harga 1 buah pulpen di Jepang, sampai 124 Yen, sekitar Rp 15.000. Jika di Jakarta, harga pulpen dapat seharga Rp 2000.

Baik di Osaka maupun di Tokyo, kami selalu melihat warga yang antri dengan tertib saat akan membeli makanan, masuk area permainan. Selain itu, berjanji dengan pengemudi kendaraan yang akan membawa kami ke Gunung Fuji pun, harus tepat waktu, ini budaya yang perlu kita contoh. Demikian edisi kami di Jepang.

Pada tanggal 2 - 11 Juli 2019, melalui Sakurakita juga, kami sepakat pergi ke Turki. Saat itu Sakurakita sudah menjadi travel tour. Harga yang disampaikan adalah Rp 19.900.000. Kami berangkat ke Turki dengan visa arrival yang sudah diurus Sakurakita.

Mata uang yang berlaku untuk belanja di Turki ada tiga adalah Rupiah, Turki Lira, Dollar dan Euro. Kami tukar uang USD dengan kurs 1 USD = Rp 14.250.

Kami landing di Istanbul, alhamdulillaah dapat silaturrohim dengan penduduk setempat di Turki. Kebetulan guide kami adalah orang Turki asli yang fasih berbahasa Indonesia, sebab belajar bahasa Indonesia di Yogyakarta selama tujuh bulan, namanya bapak Muhammad Ali Yavuz. Dia menyampaikan bahwa budaya orang Turki selalu memasang wajah kurang ramah, sebab tekanan ekonomi. Selain itu, rakyat Turki yang muslim adalah penganut ajaran dari Imam Hanafi, sedangkan rakyat Indonesia kebanyakan penganut ajaran Imam Syafi'i. Namun hal ini tidak membuat kami berdebat, kami saling menghargai, tetap dapat sholat bersama, ini indahnya

Beberapa objek wisata yang kami kunjungi adalah Blue Mosque, masjid biru, Haigia Sofya, museum yang pernah dijadikan gereja, kemudian menjadi masjid, Topkapi Palace tempat pusat kekaisaran dipajang pedang Rasulullah  SAW dan para sahabatnya, jubah putri Rasulullah SAW, Fatimah Ra, jubah putra Fatimah RA , Husein , Galata Tower, menara untuk melihat dari ketinggian saat zaman dahulu. Kami juga ke Konya, ke masjid Konya, ke Cappadocia, tempat balon udara, harganya 300 USD, setara dengan Rp 3.200.000.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun