Mohon tunggu...
Dewi Kurnianingsih
Dewi Kurnianingsih Mohon Tunggu... Lainnya - Era digital era informasi kebudayaan

dewikur28@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Keanggunan Masjid Sultan Riau Penyengat di Usia Senja

7 Januari 2022   20:15 Diperbarui: 7 Januari 2022   21:08 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumen Pribadi

Masjid bernuansa kuning dan hijau yang menawan. Masjid Sultan Riau Penyengat berada di dalam kawasan Cagar Budaya Pulau Penyengat, di Kepulauan Riau merupakan Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional berdasarkan penetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 112/M/2018.

Masjid ini berdiri anggun, terletak tidak jauh dari gerbang masuk Pulau Penyengat; tepatnya setelah dermaga yang membuat masjid ini nampak dominan, bahkan dari seberang pulau pun ketika cuaca bagus, kubah dan menara masjid sudah terlihat oleh pandangan mata.

Dari Kota Tanjung Pinang ke Pulau Penyengat dapat ditempuh selama 10-15 menit menggunakan perahu tradisional. Cukup merogoh kocek sebesar 10 ribu rupiah per orang. Perahu akan berlayar ketika sudah dianggap cukup penumpang. Kalau tidak sabar menunggu beberapa saat, penumpang bisa menyewa satu perahu seharga 100 ribu rupiah.

Masjid Sultan Riau Penyengat mulai dibangun sebagai tempat ibadah pada  tanggal 1 Syawal 1249 H (1832) oleh  Yang Dipertuan Muda Raja Abdurrahman (memerintah 1831-1844) melibatkan kurang lebih 5000 ribu penduduk Pulau Penyengat.

Arsitektur masjid ini sangat indah dan megah, perpaduan antara Timur Tengah dan Eropa, 13 kubah pada atap masjid menyerupai kubah masjid di Timur Tengah. Di dalam ruangan masjid  tersimpan cagar budaya berupa kitab-kitab kuno dan manuskrip peninggalan ulama dan para YDMR Kesultanan Riau-Lingga.

Tidak lengkap rasanya singgah ke Pulau Penyengat tanpa menunaikan ibadah shalat di masjid bersejarah ini. Saya tidak bisa mengambil gambar situasi ruangan masjid, dikarenakan larangan melakukan aktivitas memotret/merekam di dalam masjid. Ruangan masjid begitu rapat dengan tembok kokoh dan tebal, tetapi nuansanya sejuk tanpa AC pun. Beberapa kipas angin menempel di beberapa sisi, saya sengaja tidak menyalakannya, angin sepoi-sepoi lewat jendela besar membantu sirkulasi udara sehingga hawa sejuk merendam ruangan. Kondisi bangunan masih asli dan sangat terawat, fasilitas wudhu pun sangat memadahi. Bersih dan tertata, kesan ini membuat nyaman berlama-lama di masjid ini.

Selain masjid ini, masih terdapat 45 tinggalan cagar budaya lain di dalam Kawasan Cagar Budaya Pulau Penyengat seluas 91.15 Ha yang dapat dieksplor keindahan, kesakralan dan nilai penting serta keterkaitan di antaranya, seperti makam-makam raja, istana-istana, gudang mesiu. Kawasan Pulau Penyengat pada masa sebelum pandemi ramai dikunjungi turis peziarah dari negara tetangga baik dari Malaysia ataupun Singapura. Pengunjung dapat berkeliling kawasan menggunakan transportasi bentor yang mangkal di sekitar masjid atau jalan kaki jika ingin menikmati suasana asri Pulau Penyengat. Saya sudah mencoba keduanya.

Sumber: Kemdikbudristek
Foto: Dokumen Pribadi

Foto: Dokumen Pribadi
Foto: Dokumen Pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun