Mohon tunggu...
Dewi Iriani
Dewi Iriani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

saya adalah diri saya, yang suka belajar, suka menulis. Sahabat yang baik membuat saya bahagia. Saya suka berteman. Teman bagi saya adalah aset, ia juga inspirasi sekaligus teman berbagi, terutama berbagi ilmu. Indahnya hidup jika mempunyai banyak teman - teman yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Hutan itu Sumber Kehidupan

31 Maret 2013   07:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:58 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13647122991942601037

“Aku mencintai hutan sebagaimana aku mencintai kehidupan.”

Seharusnya semua warga negara Indonesia berpikir demikian. Mengingat hutan merupakan anugerah Tuhan yang luar biasa untuk bumi tercinta kita ini. Bayangkan saja selain kaya keanekaragaman hayati di lautan, Indonesia pun mencolok dengan wilayah hutannya yang begitu luas. Menurut buku Statistik Kehutanan Indonesia 2012, luas hutan Indonesia mencapai 99,6 juta hektar atau 52,3% luas wilayah Indonesia. Tentu saja hal itu merupakan potensi alam yang luar biasa karena hutan merupakan sumber kehidupan.

Tetapi malangnya, banyak pihak yang memanfaatkan hutan secara membabi buta bahkan tanpa aturan. Ini hanya sedikit fakta mencengangkan yang terjadi. Eksploitasi hutan untuk tujuan komersial telah dilakukan dimana-mana. Nyaris hampir menyeluruh di wilayah Indonesia. Misalnya saja luas kawasan hutan di Jambi. Sekarang sudah berkurang satu juta hektar. Alasannya apa lagi kalau bukan pertambangan, HTI dan pembukaan perkebunan sawit dan karet. Dan itu baru Jambi, belum Sulawesi, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan. Papua dan lain sebagainya.

Sumber gambar : http://hutanindonesia.com/

Walau kaya, seharusnya kita tidak rakus mengekplorasi hutan untuk kepentingan komersial. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Misalnya kelestarian hewan endemik Indonesia. Jika habitatnya rusak maka mereka bisa mengalami kepunahan. Begitupun bagi keberadaan oksigen di muka bumi. Jika hutan yang merupakan paru-paru dunia keberadaanya terus berkurang, maka emisi karbon akan meningkat secara drastis.

Intinya, kita wajib peduli terhadap hutan Indonesia. Keadaannya kini semakin memprihatinkan. Selain penjarahan dan lain sebagainya, yang paling membuat kita mengurut dada adalah pembukaan lahan hutan dalam skala besar untuk perkebunan kelapa sawit. Hutan Indonesia diincar oleh banyak pengusaha besar dunia karena ingin dijadikan lahan produksi kelapa sawit. Sebuah bisnis yang sangat menjanjikan karena permintaan dunia pada produk itu terus meningkat tajam. Sehingga tak mengherankan kalau bisnis itu begitu mengiurkan. Harga kelapa sawit di pasaran dunia kan bisa mencapai dua kali lipat lebih dari biaya produksinya.

Uniknya, para korporat asing itu selalu bisa meyakinkan kalau mereka melakukan penebangan yang ramah lingkungan. Tetapi nyatanya, fakta berbicara lain. Di Kalimantan Timur dan Tengah, penebangan besar-besaran membuat sejumlah bayi orang utan harus dievakuasi. Bahkan di daerah Nunukan, kawasan hutan lindungpun, anehnya bisa berubah jadi perkebunan sawit.

Jukka Miettinen pada tahun 2011 silam telah melakukan penelitian terhadap hutan Indonesia. Hasilnya, hutan di Indonesia musnah sekitar 8,8 juta hektar hanya dalam jangka waktu 10 tahun. Dan salah satu penyebabnya adalah ekspansi perkebunan kelapa sawit.

Sebagai data saja, saat ini perkebunan kelapa sawit di Indonesia sudah mencapai 9 juta hektar dari 13 juta hektar yang ada di seluruh dunia, atau sekitar 75% perkebunan sawit dunia. Ya, hutan Indonesia sudah menjadi sumber kehidupan yang berlimpah ruah bagi korporat asing yang sudah mengantongi izin untuk mempergunakan hutan.

Gila benar, lantas apakah kita hanya akan berpangku tangan? Sedang bisnis itu tidak memberikan kontribusi nyata pada kesejahteraan masyarakat setempat. Yang terjadi hanya hutan Indonesia semakin rusak.

Hm, mari berpikir dan bertindak sebelum segala sesuatunya jadi terlambat.

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun