Mohon tunggu...
Dewi Hidayati
Dewi Hidayati Mohon Tunggu... Lainnya - Santri

Menulislah! Maka engkau akan abadi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Manfaatkan Limbah Plastik, Semangat Menuju Kehidupan Lestari

18 November 2020   22:25 Diperbarui: 18 November 2020   22:35 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu problematika yang sering terjadi di lingkungan masyarakat adalah masalah sampah plastik. Bagaimana tidak? Setiap hari ketika kita berbelanja di pasar atau supermarket selalu menggunkan kantong plastik. Padahal jangka pemakainannya hanya 10-15 menit, lantas dibuang begitu saja. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penumpukan sampah plastik di muka bumi.

Mari kita lihat sejarah perjalanan manusia bersama plastik. Sekitar 150 tahun silam, manusia menciptakan plastik sebagai materi yang ringan, kuat, dan murah. Namun ada perkara yang mendesak dan perlu diwaspadai. 

Dikutip dari National Geographic Indonesia, berdasarkan statistik dari Our World in Data, produksi tahunan plastik di dunia meningkat hampir 200 kali lipat sejak 1950. Pada 1950, diketahui dunia hanya memproduksi dua juta ton plastik pertahunnya. Namun sejak saat itu produksi meningkat drastis. Sayangnya, dari banyaknya plastik, hanya 20% yang didaur ulang. Pada akhirnya, sekitar delapan juta ton sampah plastik berakhir di lautan setiap tahunnya.

Studi terbaru dari University of Leeds yang dipublikasikan pada jurnal Science, mengungkapkan, jika terjadi peningkatan konsumsi plastik atau tidak ada perubahan signifikan pada aksi daur ulang, maka diperkirakan bumi akan memiliki 1,3 miliar ton sampah plastik pada 2040. Bahkan World Economic Forum (WEF) memprediksi bahwa 2050, jumlah plastik di lautan akan lebih banyak dibanding ikan.

Dikutip dari CNBC Indonesia, Indonesia memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta yang setiap tahunnya menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik yang tak terkelola dengan baik. Sekitar 0,48-1,29 juta ton dari sampah plastik tersebut diduga mencemari lautan. 

Tak berhenti di situ, pencemaran plastik di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat. Saat ini, industri minuman di Indonesia merupakan salah satu sector yang pertumbuhannya paling pesat. 

Pada kuartal I-2019, pertumbuhan industri pengolahan minuman mencapai 24,2% secara tahunan (YoY) hanya kalah dari industri pakaian jadi. Selain dampak lingkungan, sampah plastik juga berisiko menekan kegiatan perekonomian Indonesia. Sebab, berdasarkan buku saku Kementerian Pariwisata, sektor pariwisata RI menyumbang 9% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2014.

Jika masalah sampah plastik ini tidak ditangan dengan serius oleh pemerintah, maka sampah-sampah plastik akan semakin menumpuk dan mencemari lingkungan, baik darat maupun laut. 

Hal inilah yang mendorong salah satu mahasiswa KKN RDR Kelompok 67 UIN Walisongo Semarang, Dewi Hidayati, untuk melakukan inovasi dalam pengolahan limbah plastik, yaitu dibuat menjadi polybag/pot tanaman dari plastik bekas kemasan minyak goreng. Ia merasa prihatin terhadap lingkungan Desa Sembungharjo yang masih banyak ditemukan sampah plastik, khususnya sampah rumah tangga.

Untuk pembuatan polybag/pot tanaman ini membutuhkan alat-alat yang cukup sederhana, yakni plastik bekas kemasan minyak goreng, gunting, besi/paku kecil, dan lilin. Cara pembuatannya pun mudah sekali, yaitu:

  1. Cuci bersih bungkus minyak goreng untuk membersihkan sisa minyak goreng yang masih menempel di plastik.
  2. Keringkan plastik dengan cara dijemur di bawah sinar matahari selama 5 menit.
  3. Setelah kering, beri lubang pada bagian samping dan bawah plastik dengan menggunakan besi/paku kecil yang dipanaskan ujungnya menggunakan lilin. Hal ini bertujuan untuk aliran air ketika menyiram tanaman.
  4. Masukkan media tanam berupa tanah yang sudah dicampur dengan pupuk organik.
  5. Masukkan tanaman atau sebar benih ke dalam tanah.
  6. Siram rutin di pagi dan sore hari.

Pot tanaman dari limbah plastik kemasan minyak goreng ini sangat cocok untuk ditanami bayam, sawi, tomat, cabai, serta tanaman obat jamu seperti serai, kunir, jahe, dan lain sebagainya. Selain ramah lingkungan, pot ini juga tidak membutuhkan lahan yang terlalu luas. Cocok diterapkan dilingkungan perkotaan yang minim lahan untuk bercocok tanam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun