Mohon tunggu...
Galih Ega Farrasetia
Galih Ega Farrasetia Mohon Tunggu... Editor - Cibinong - Bogor

Im Galih

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gejala Gangguan Mental Skizofrenia & Pengobatannya

5 April 2022   16:25 Diperbarui: 22 April 2022   13:07 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto Rehabilitasi Narkoba Ashefa

Banyak faktor penyebab yang bisa menjadi gejala skizoFrenia, misalnya seperti pernah mengalami masalah tertentu, lingkungan, dan faktor keturunan.

Gangguan mental skizofrenia adalah kecenderungan untuk mengasingkan diri dari kelompok atau masyarakat. Ini adalah gangguan mental serius dimana penderita sama sekali tidak peduli dengan semua yang terjadi pada mereka. Penderita benar-benar kehilangan kontak dengan kenyataan. 

Karena karakteristiknya yang merusak, gangguan mental skizofrenia ini akan membahayakan semua aspek kehidupan penderitanya. Bahkan ada kecenderungan penderita ingin melakukan bunuh diri. Bunuh diri adalah penyebab kematian pasien skizofrenia. Skizofrenia merupakan psikosis yang ditandai dengan delirium yang mendistorsi kontak pasien dengan realitas di sekitarnya. 

Penyakit ini memiliki dampak sosial yang sangat besar dan merupakan gangguan mental yang sangat luas. Biasanya gejala mulai kelihatan begitu memasuki masa remaja. Gangguan mental Skizofrenia dapat berdurasi panjang dan ditandai dengan periode sehat yang bergantian dengan periode munculnya gejala dengan derajat dan durasi yang bervariasi.

Gejala Gangguan Mental Skizofrenia

Gejala pertama adalah gangguan berpikir, yang berupa hilangnya atau menyimpangnya hubungan antara ide, gangguan afektif, autisme, perlambatan motorik dan reaksi. Seperti banyak penyakit kejiwaan, tidak mungkin untuk mengidentifikasi mekanisme tunggal untuk asal usul skizofrenia. Untuk alasan ini, penyakit ini didefinisikan sebagai "genesis multifaktorial", yang disebabkan oleh banyak faktor, seperti, hubungan dengan orang lain, peristiwa tertentu, komponen sosial, pendidikan atau lingkungan dan yang tak kalah pentingnya, faktor keturunan. .Biasanya gejala dimulai pada masa remaja.

Skizofrenia kerap disamakan dengan psikosis, meskipun kedua penyakit mental itu tak sama. Psikosis cuma bagian dari gejala gangguan mental, semisal gangguan delusi, bipolar, depresi berat, maupun skizofrenia. Kendati gejala psikosis bisa terlihat dengan penderita skizofrenia namun tak setiap pengidap skizofrenia tentu mengalaminya.

Sesuai informasi yang dikeluarkan badan kesehatan dunia WHO, ditemukan lebih dari 20 juta orang dari berbagai belahan dunia yang mengalami gangguan mental skizofrenia. Sedangkan, sesuai hasil studi Kementerian Kesehatan Indonesia di tahun 2019, diprediksi terdapat 450 ribu orang yang mengalami gangguan jiwa atau istilahnya ODGJ berat di Indonesia, tak terkecuali penderita skizofrenia. Untuk dimengerti bila pengidap skizofrenia berpotensi 2--3 kali lebih besar terjadi kematian pada usia muda. Faktor tersebut lantaran skizofrenia biasanya dibarengi juga menderita penyakit lain, misalnya gangguan jantung, kencing manis, maupun infeksi.

Tidak ada tes laboratorium untuk mengkonfirmasi diagnosis skizofrenia. Psikiaterlah yang dapat membuat diagnosis semacam itu berdasarkan wawancara dengan pasien. Beberapa bulan pengamatan diperlukan untuk membuat diagnosis yang akurat dan benar, bahkan jika tidak harus di rumah sakit.

Pengobatan Gangguan Mental Skizofrenia

Hingga hari ini, belum ditemukan obat yang bisa mengatasi skizofrenia. Akan tetapi, tersedia pengobatan yang bisa mengendalikan serta menurunkan gejala.  Secara umum, obat-obatan, yang disebut neuroleptik, diresepkan untuk mengendalikan gejala. Hari ini ada generasi obat baru yang memiliki lebih sedikit efek samping, lebih mudah untuk mengelola dan secara efektif berkontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup orang-orang ini. 

Terapi farmakologis secara umum dikombinasikan dengan pendekatan terapi lain, seperti: dukungan psikoterapis juga untuk keluarga; intervensi rehabilitasi sosial untuk reintegrasi subjek dalam masyarakat; kelompok swadaya maupun terapi elektrokonvulsif. Dan cuma untuk fase akut saja penderita kizoprenia membutuhkan rawat inap. 

Sementara untuk pencegahan gangguan mental skizofrenia yaitu dengan mengenali kemudian mengobatinya dari awal. Dengan begitu perburukan maupun kekambuhan gangguan ini bisa dihindari. Sehingga, kualitas hidup pengidap akan meningkat dan bisa hidup dengan normal. Peran orang-orang di sekitarnya pun sangat penting dalam mendukung penderita bisa hidup dengan normal.

Di tulis oleh https://ashefagriyapusaka.co.id/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun