Mohon tunggu...
Dewi Atikah Suri
Dewi Atikah Suri Mohon Tunggu... Guru - Have a good time

Give your body to relax

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mempelajari Bahasa dan Budaya Asing Tanpa Harus Meninggalkan Budaya Lokal

25 Juni 2019   10:48 Diperbarui: 25 Juni 2019   10:55 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada saat ini, dunia yang kita tinggali telah mengalami banyak perubahan. Hal ini dikarenakan, kemajuan pada Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang sangat pesat. Kemajuan IPTEK ternyata membawa dua dampak yaitu dampak positif dan negatif. Salah satu dampak negatifnya ialah munculnya era globalisasi. 

Era globalisasi merupakan era yang menyebabkan perubahan modern di semua aspek kehidupan. Globalisasi juga merupakan faktor yang menyebabkan masuknya budaya dan bahasa asing dengan pesat di suatu negara. Dimana, budaya dan bahasa lokal akan dilupakan namun  penggabungan budaya lebih meningkat dan diminati oleh para generasi muda dari suatu negara tersebut. Salah satu negara yang terkena dampak dari kehadiran IPTEK ini adalah Indonesia. 

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan, yang berarti negara Indonesia memiliki banyak suku bangsa yang masing-masingnya mempunyai budaya dan bahasa daerahnnya sendiri.

Misal, banyak generasi muda sekarang yang  mempelajari  budaya dan bahasa asing seperti Korea dan Barat. Masuknya budaya dan bahasa Asing ke suatu negara memang tidak bisa dihindari jika negara tersebut juga mengikuti  globalisasi.  Masuknya budaya dan bahasa asing bisa melalui beberapa cara seperti musik, film, drama, fashion, kuliner dan lain sebagianya.

Lalu, Bagaimanakah kita  menghadapi dampak dari globalisasi terutama dampak negatifnya? Salah satu menghadapinya adalah dengan mempelajarinya. 

Jadikan dampak negatif  globalisasi sebagai motivasi generasi bangsa untuk lebih mencintai budayanya sendiri sebelum budayanya di klaim oleh negara lain. Kita dengan mudah dapat menerima budaya dan bahasa Asing, dengan begitu kita juga harus bisa membuat budaya dan bahasa lokal kita diterima oleh negara lain. 

Dengan demikian, kita bisa mengikuti era globalisasi ini tanpa adanya rasa takut dan khawatir dapat menghilangkan budaya dan bahasa sendiri. Agar budaya dan bahasa kita tetap terjaga, kita harus mempelajari budaya dan bahasa Asing secara bersamaan atau beriringan dengan mencitai dan mempelajari budaya dan bahasa sendiri. 

Selain generasi muda, banyak peran orang tua dan guru disekolah yang dibutuhkan dalam melestarikan budaya dan bahasa Indonesia maupun bahasa daerah. Misal, meskipun telah memasuki era globalisasi orang tua dari setiap kalangan tidak boleh memperkenalkan atau mengajari bahasa pertama anaknya dengan bahasa asing. 

Orang tua dituntut untuk mampu mengajari anak-anaknya bahasa Indonesia maupun bahasa daerahnya masing-masing. Memperkenalkan budaya dan bahasa asing lebih dini dibanding dengan budaya dan bahasa lokal, dapat membuat anak lebih mencintai budaya dan bahasa asing dan tidak mengenal budaya dan bahasa negara dan daerahnya sendiri. 

Selain itu, peran guru disekolah juga dituntut untuk mendidik, membimbing dan mengajari muridnya untuk lebih mencintai budaya dan bahasa Indonesia. Keseimbangan dalam mempelajari suatu hal sangatlah diperlukan seperti budaya dan bahasa asing dengan budaya dan bahasa lokal harus seimbang.

Dengan adanya artikel ini, semoga dapat bermanfaat bagi pembacanya. Dan semoga dapat diterapkan dikehidupan sehari-hari. Terimakasih kepada para pembaca yang telah mengunjungi artikel saya. Terimakasih atas supportnya :) 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun