Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Lintas Utara, Tengah atau Lintas Selatan?

16 Juni 2016   23:13 Diperbarui: 17 Juni 2016   12:50 3082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panorama Bumiayu Pasca Matahari Terbit (dokpri)

Menjelang lebaran, agenda mudik ke kampung halaman pun menjadi perbincangan antara saya dan kakak. Tahun ini saya diajak kakak pulang bersama. Lagipula saya juga terlambat untuk memesan tiket kereta api atau pesawat terbang yang saat ini sudah habis atau tarifnya selangit. Dalam hati saya menebak-nebak kira-kira rute mana yang akan diambil kakak menempuh perjalanan jauh Jakarta-Malang. 

Dari Jakarta menuju Malang ada berbagai pilihan rute, konsisten di lintas utara, lintas selatan, lintas tengah, atau kombinasi di antaranya. Saya sudah pernah mencobai berbagai rute tersebut dimana ada plus minusnya.

Jalur tercepat dalam kondisi lalu lintas normal yaitu lintas utara. Naik kereta saja dari Jakarta-Surabaya bisa 9-12 jam plus dua jam ke Malang, jadi total 11-14 jam. Bandingkan dengan kereta lintas Selatan seperti KA Gajayana yang bisa mencapai 16-17 jam. Nah, jika naik kendaraan pribadi pasti waktunya lebih lama karena memerlukan waktu untuk istirahat, makan, dan menginap.

Jika kami memilih konsisten di lintas utara maka perjalanan akan melalui Jakarta-Cirebon-Pejagan- Brebes-Tegal-Pemalang-Pekalongan-Batang-Kendal-Semarang. Lalu perjalanan berlanjut ke Demak-Kudus-Rembang-Tuban-Lamongan-Surabaya-Pasuruan-Malang. 

Jalan lintas utara ini umumnya mulus dan lebar-lebar. Memang ada banyak bus dan truk yang melintas tapi relatif aman karena lampu-lampunya terang dan jalanan cukup rame. Minusnya jalannya relatif membosankan. Biasanya kami mulai bosan setelah melewati Tegal karena jalan dan pemandangannya relatif mirip-mirip. Memang lintas utara lebih cepat sampai tapi cenderung bikin jenuh.

Pemandangan Truk membawa muatan nguik-nguik Ini membuat kami geli-geli gimana gitu sepanjang Pantura (dokpri)
Pemandangan Truk membawa muatan nguik-nguik Ini membuat kami geli-geli gimana gitu sepanjang Pantura (dokpri)
Saya dan suami demikian juga ketika saya berkendara bersama kakak tidak pernah konsisten lewat lintas utara kecuali naik bus atau kereta. Biasanya kami beristirahat di Semarang dan kemudian memilih lintas tengah hingga ke Malang. 

Bagaimana dengan lintas tengah? Pilihan ini pernah kami berdua lakukan ketika penasaran untuk mencicipinya dengan tujuan Yogyakarta. Setelah Pejagan kami menuju Ketanggungan-Prupuk-Bumiayu-Wangon-Purworejo-Yogyakarta. Bagi kami berdua, pilihan rute ini terburuk di antara rute yang pernah kami lalui. Jalanannya banyak yang rusak dan beberapa kali harus bergantian jalan dengan pengendara dari ruas sebaliknya. Macet, sempit, dan banyak pungli. Syukurlah jelang Bumiayu pemandangan pagi harinya sangat indah. Jalanan yang berkelak-kelok dan sempit membuat kami harus ekstra hati-hati.

Panorama dari Bumiayu menuju Purwokerto memang indah tapi harus ekstra hati-hati (dokpri)
Panorama dari Bumiayu menuju Purwokerto memang indah tapi harus ekstra hati-hati (dokpri)
Biasanya baru dari Semarang kami memilih lintas tengah, yakni Semarang-Ungaran- Salatiga - Boyolali - Sragen - Gemolong - Ngawi - Madiun - Caruban - Nganjuk - Kertosono - Batu - Malang. Bisa juga sih dari rute Yogya lalu ke Solo dan dilanjut Sragen dan seterusnya.

Dari Semarang menuju Ungaran pemandangan cukup indah. Jalanan lumayan lebar dan mulus dan banyak pepohonan rindang. Memasuki Gemolong jalanan mulai bergelombang dan perlu kesabaran, baru kemudian kembali mulus. 

Seandainya baru kali pertama melewati jalan tersebut tidak perlu kuatir tersesat. Ada banyak petunjuk jalan. Pernah sih kami berdua hampir tersesat, dari Nganjuk menuju Kertosono. Untung kami segera menyadari kesalahan saat belum terlalu jauh. 

Jalanan yang teduh pasca Gemolong membuat kami jadi mengantuk (dokpri)
Jalanan yang teduh pasca Gemolong membuat kami jadi mengantuk (dokpri)
Hore sudah melewati Ngawi, Malang semakin dekat (dokpri)
Hore sudah melewati Ngawi, Malang semakin dekat (dokpri)
Oleh karena jalanannya yang enak selain di Caruban yang kurang terang saat malam dan ada banyak truk, kami berkendara dengan nyaman dan santai. Tantangan yang memerlukan energi ekstra adalah melewati jalanan berkelok-kelok pasca Kertosono.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun