Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Hari Gini Masih Percaya Primbon?

26 Juli 2015   12:42 Diperbarui: 26 Juli 2015   12:42 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Perjalanan Jauh Perlu Persiapan (sumber gambar: shutterstock)"][/caption]

Saya tidak pernah mengalami penerbangan delay berjam-jam lho Mbak, meskipun sering naik maskapai yang konon langganan delay itu. Soalnya saya selalu memperhatikan baik-baik hari baik dan buruk sebelum melakukan pekerjaan penting. Pernyataan seorang ibu di sebelah saya membuat mata saya membelalak. Hari gini masih ada yang percaya primbon?

Sebagian besar suku Jawa memang percaya dengan primbon, terutama dalam menentukan hari baik dan hari buruk. Saat menikah, pindah rumah, atau membuka usaha biasanya mereka melakukan perhitungan hari baik dan hari buruk yang salah satu variabelnya adalah weton.

Saat saya hendak menikah, Ibu juga meminta saya menanyakan weton calon suami. Dari situ muncul beberapa pilihan hari dan tanggal. Meskipun tidak terlalu percaya hal-hal tersebut, saya menghargai adat tersebut dan memilih tanggal yang enak di antara tiga pilihan hari dan tanggal.

Saat pindah rumah pun Ibu juga meminta saya tidak asal pindah. Selain menentukan hari baik untuk pindah rumah, Ibu mensyaratkan saya untuk membawa beras. Kalau dipikir-pikir membawa beras ide yang baik agar kami tidak pusing mencari bahan makanan. Tapi sekarang kan mudah mendapatkan makanan. Warung banyak dan bisa  pesan untuk dikirim ke rumah.

Untuk peristiwa penting saya menghargai adat untuk menghitung hari baik dan buruk. Tapi untuk perjalanan, baru kali ini saya mengetahui ada yang benar-benar menjalankannya secara konsisten.

Wanita separuh baya asal Manado itu berkisah jika dulu ia juga menyepelekan primbon. Tapi ketika dewasa dan menikah ia percaya primbon tersebut bukan sekedar hitung-hitungan.

Primbon adalah buah dari pengetahuan luhur nenek moyang yang berasal dari pengalaman hidup dan juga kondisi alam. Kondisi alam meskipun nampak dinamis jika diamati setelah bertahun-tahun akan memiliki pola tertentu. Pola tersebut yang diperhatikan leluhur.

Entah bagaimana para leluhur melakukan penelitiannya, primbon tidak bisa disepelekan, ujarnya.

Diskusi ini menjadi menarik. Saya jadi ingat dulu sering membaca buku saku primbon milik Ibu. Dalam buku tersebut ada banyak hal topik, seperti kaitan waktu menstruasi dengan situasi yang bakal dihadapi, arah terbaik sesuai hari, hari baik untuk perjalanan jauh, dan sebagainya. Dimana ya buku itu sekarang, kata saya dalam hati.

Wanita itu kemudian berkata setiap akan melakukan perjalanan seperti naik pesawat, ia memperhatikan hari dan waktu. Misalkan bepergian hari Selasa maka ia akan memilih perjalanan pukul 09.00 atau 11.00 dan sangat menghindari pukul 5-7 pagi dan pukul 10 pagi karena masuk waktu tidak baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun